Tips Jitu Hentikan Toxic Productivity dan Tidur Nyenyak
harmonikita.com – Pernah merasa lelah setelah seharian bekerja, tetapi otak terus menuntut untuk tetap produktif? Fenomena ini dikenal sebagai toxic productivity, kondisi di mana seseorang merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu yang “bermanfaat.” Sayangnya, kebiasaan ini sering kali berdampak negatif pada kesehatan mental, terutama jika terus berlanjut di malam hari.
Apa Itu Toxic Productivity?
Toxic productivity adalah dorongan berlebihan untuk terus bekerja atau melakukan aktivitas produktif tanpa memberi diri sendiri waktu untuk beristirahat. Alih-alih merasa puas setelah menyelesaikan pekerjaan, seseorang yang mengalami toxic productivity justru merasa belum cukup produktif dan terus mencari hal lain untuk dilakukan.
Kondisi ini semakin diperparah oleh budaya hustle yang banyak digaungkan di media sosial. Kita sering melihat orang lain membagikan pencapaian mereka di malam hari, seperti membaca buku, belajar keterampilan baru, atau mengerjakan side hustle. Akibatnya, banyak orang merasa bersalah jika hanya sekadar bersantai atau menikmati waktu luang tanpa agenda yang jelas.
Dampak Toxic Productivity di Malam Hari
Saat malam tiba, tubuh dan pikiran seharusnya mulai beristirahat. Namun, bagi mereka yang terjebak dalam toxic productivity, malam hari justru menjadi waktu tambahan untuk mengejar target produktivitas. Akibatnya, mereka mengalami:
- Gangguan tidur – Sulit tidur karena pikiran terus aktif.
- Kelelahan mental – Tidak memberi otak kesempatan untuk rileks, yang dapat meningkatkan risiko burnout.
- Penurunan kualitas hidup – Waktu yang seharusnya digunakan untuk bersosialisasi atau menikmati hobi malah dihabiskan untuk hal-hal yang terasa seperti “pekerjaan tambahan.”
Cara Melepas Penat Tanpa Rasa Bersalah
Menghentikan kebiasaan toxic productivity bukan berarti berhenti berkembang, tetapi belajar menyeimbangkan antara produktivitas dan istirahat. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Ubah Pola Pikir tentang Produktivitas
Produktivitas tidak selalu diukur dari jumlah tugas yang diselesaikan. Istirahat dan self-care juga merupakan bentuk produktivitas yang mendukung kesehatan mental dan fisik dalam jangka panjang.
2. Tetapkan Batasan Waktu
Buat batasan kapan harus berhenti bekerja atau melakukan aktivitas produktif. Misalnya, setelah pukul 20.00, gunakan waktu hanya untuk bersantai tanpa merasa bersalah.
3. Temukan Aktivitas Relaksasi
Gantikan kebiasaan bekerja di malam hari dengan aktivitas yang benar-benar membuat tubuh dan pikiran rileks, seperti:
- Mendengarkan musik favorit
- Menonton film atau serial tanpa harus merasa “belajar sesuatu” darinya
- Berjalan santai di luar rumah
- Melakukan meditasi atau teknik pernapasan untuk menenangkan pikiran
4. Kurangi Paparan Media Sosial
Media sosial sering kali memperparah toxic productivity dengan menampilkan pencapaian orang lain. Batasi penggunaannya di malam hari untuk menghindari perasaan bersalah atau tekanan untuk terus produktif.
5. Tidur dengan Nyaman
Kurangi penggunaan gadget sebelum tidur dan ciptakan rutinitas yang menenangkan, seperti membaca buku atau minum teh hangat. Tidur yang cukup akan membantu meningkatkan fokus dan produktivitas di hari berikutnya.
Malam hari bukanlah waktu tambahan untuk bekerja, melainkan waktu untuk beristirahat dan memulihkan energi. Toxic productivity bukanlah tanda kedisiplinan, tetapi bentuk dari kurangnya keseimbangan dalam hidup. Dengan mengubah pola pikir, menetapkan batasan, dan menggantikan kebiasaan produktif yang berlebihan dengan aktivitas yang menenangkan, kita bisa menikmati malam hari dengan lebih baik tanpa merasa bersalah.
Jadi, daripada memaksa diri untuk terus bekerja, cobalah menikmati malam dengan cara yang lebih sehat. Karena produktivitas yang sebenarnya bukanlah tentang seberapa banyak yang bisa kita lakukan, tetapi bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan lebih bahagia dan seimbang.