Bikin Ngakak Tapi Jadi Puyeng, Inilah 5 Kelakuan Anak Menguji Kesabaran Orang Tua
harmonikita.com – Menjadi orang tua adalah perjalanan penuh kejutan. Ada kalanya kita dihujani dengan tawa riang dan pelukan hangat, namun di lain waktu, kita dibuat mengelus dada oleh tingkah polah si kecil yang tak terduga. Ya, anak-anak memang penuh misteri dengan segala tingkah lakunya yang kadang menggemaskan, kadang bikin geregetan.
Tapi tenang, Moms dan Dads, semua orang tua pasti pernah mengalaminya! Artikel ini akan membahas 5 perilaku anak yang diam-diam bikin orang tua elus dada, lengkap dengan tips agar kita tetap sabar dan bijaksana dalam menghadapinya. Siap-siap senyum-senyum sendiri sambil membaca, ya!
1. Si Kecil yang Hobi “Ngilang”
Anak-anak itu seperti punya radar khusus untuk menemukan tempat-tempat tersembunyi di rumah. Baru saja ditinggal sebentar, eh, tahu-tahu sudah menghilang entah ke mana. Moms dan Dads pun dibuat panik setengah mati, mencari ke kolong meja, belakang lemari, bahkan sampai ke dalam kardus!
Kenapa, sih, anak-anak suka “ngilang”?
- Rasa ingin tahu yang besar: Dunia adalah tempat bermain yang luas bagi anak-anak. Rasa ingin tahu mereka yang besar mendorong mereka untuk menjelajahi setiap sudut dan celah di rumah.
- Mencari perhatian: Terkadang, anak “ngilang” karena ingin menarik perhatian orang tua. Mereka senang melihat Moms dan Dads heboh mencarinya.
- Dunia imajinasi: Anak-anak memiliki dunia imajinasi yang kaya. Mereka mungkin membayangkan sedang berpetualang di hutan belantara, padahal kenyataannya hanya bersembunyi di balik gorden.
Tips Menghadapi Si Hobi “Ngilang”:
- Ciptakan lingkungan yang aman: Pastikan rumah aman untuk dieksplorasi si kecil. Singkirkan benda-benda berbahaya dan beri pengaman pada stop kontak, laci, dan lemari.
- Beri batasan: Tetapkan area bermain yang aman dan ajarkan anak untuk tidak keluar dari area tersebut tanpa izin.
- Ajak bermain petak umpet: Salurkan keinginan anak untuk bersembunyi dengan bermain petak umpet bersama.
- Berikan perhatian positif: Luangkan waktu berkualitas bersama si kecil, bermain dan berinteraksi dengannya. Dengan begitu, ia tidak perlu “ngilang” untuk mencari perhatian.
2. Jago Kandang, di Luar Loyo
Pernahkah Moms dan Dads merasa bangga karena si kecil begitu berani dan aktif di rumah, tapi begitu keluar rumah, ia mendadak jadi pendiam dan pemalu? Tenang, ini bukan hal yang aneh, kok. Banyak anak yang mengalami fase “jago kandang”.
Apa penyebabnya?
- Zona nyaman: Rumah adalah tempat ternyaman bagi anak. Di rumah, ia merasa aman dan bebas bereksplorasi.
- Kurang terbiasa dengan lingkungan baru: Anak yang jarang diajak keluar rumah akan merasa asing dan canggung di lingkungan baru.
- Perbedaan stimulasi: Stimulasi di rumah dan di luar rumah tentu berbeda. Di luar rumah, anak akan bertemu dengan orang-orang baru dan situasi yang tidak familiar.
Tips Mengatasi Si “Jago Kandang”:
- Ajak anak keluar rumah secara rutin: Biasakan mengajak anak jalan-jalan ke taman, berkunjung ke rumah saudara, atau menghadiri acara keluarga.
- Kenalkan anak dengan orang baru: Beri kesempatan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik teman sebaya maupun orang dewasa.
- Berikan dukungan dan pujian: Dukung anak untuk mencoba hal-hal baru dan berikan pujian atas keberaniannya.
- Jangan memaksa: Jika anak merasa tidak nyaman, jangan memaksanya untuk berinteraksi dengan orang lain. Biarkan ia beradaptasi dengan caranya sendiri.
3. Si Tukang Negosiasi Handal
“Ma, beli mainan itu, ya?” “Pah, nonton kartunnya satu lagi aja, boleh ya?” Kalimat-kalimat seperti ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga Moms dan Dads. Anak-anak memang jago bernegosiasi, bahkan terkadang lebih hebat dari orang dewasa!
Mengapa anak suka bernegosiasi?
- Menguji batasan: Anak-anak sedang belajar tentang aturan dan batasan. Dengan bernegosiasi, mereka mencoba menguji sejauh mana orang tua akan mengabulkan keinginannya.
- Mengembangkan kemampuan komunikasi: Bernegosiasi adalah salah satu cara anak mengembangkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis.
- Meniru perilaku orang dewasa: Anak-anak sering meniru perilaku orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Jika orang tua sering bernegosiasi, anak pun akan belajar melakukannya.
Tips Menghadapi Si Tukang Negosiasi:
- Tetapkan aturan yang jelas: Buat aturan yang jelas dan konsisten tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
- Berikan pilihan: Berikan anak pilihan, misalnya “Kamu boleh pilih, mau makan nasi atau roti?” Ini akan membuatnya merasa memiliki kendali.
- Ajarkan tentang kompromi: Jelaskan pada anak bahwa terkadang kita perlu berkompromi untuk mencapai kesepakatan.
- Berikan apresiasi: Berikan apresiasi ketika anak mau mengikuti aturan dan berkompromi.
4. Drama King & Queen Cilik
Air mata tumpah, teriakan menggema, dan badan berguling-guling di lantai. Inilah drama khas anak-anak yang bisa membuat orang tua pusing tujuh keliling. Entah karena tidak dibelikan mainan, tidak boleh main gadget, atau hanya karena susu tumpah sedikit.
Apa yang menyebabkan anak-anak mudah tantrum?
- Belum bisa mengontrol emosi: Anak-anak, terutama balita, belum mampu mengontrol emosi dengan baik. Mereka mudah frustrasi dan mengekspresikannya dengan tantrum.
- Mencari perhatian: Tantrum bisa menjadi cara anak untuk mencari perhatian orang tua.
- Kelelahan dan lapar: Anak yang kelelahan atau lapar cenderung lebih mudah tantrum.
Tips Menghadapi Drama King & Queen Cilik:
- Tetap tenang: Jangan terpancing emosi saat anak tantrum. Tetap tenang dan bersikap tegas.
- Abaikan tantrum: Jika tantrum terjadi karena anak ingin mencari perhatian, abaikan saja. Nanti ia akan berhenti sendiri.
- Alihkan perhatian: Coba alihkan perhatian anak dengan hal lain, misalnya mengajaknya bermain atau memberikan mainan kesukaannya.
- Berikan pelukan: Terkadang, yang dibutuhkan anak hanyalah pelukan hangat dari orang tua.
- Ajarkan cara mengelola emosi: Ajarkan anak untuk mengenali dan menyebutkan emosinya, misalnya “Adik sedang marah ya?”
5. Si Kolektor Barang “Unik”
Pernahkah Moms dan Dads menemukan “harta karun” di kantong celana atau tas si kecil? Mulai dari batu, kerikil, daun kering, sampai bungkus permen bekas. Ya, anak-anak memang suka mengoleksi barang-barang “unik” yang bagi orang dewasa mungkin tidak ada nilainya.
Mengapa anak-anak suka mengoleksi barang-barang “unik”?
- Rasa ingin tahu: Anak-anak tertarik dengan segala sesuatu yang baru dan berbeda. Mereka ingin tahu apa itu, bagaimana bentuknya, dan apa fungsinya.
- Imajinasi: Barang-barang “unik” tersebut bisa menjadi alat bermain dan menunjang imajinasi anak. Misalnya, batu bisa menjadi uang dalam permainan jual-beli, daun kering bisa menjadi perahu di sungai imajiner.
- Kenangan: Barang-barang tersebut mungkin memiliki nilai sentimental bagi anak, misalnya batu yang ia temukan saat berlibur ke pantai.
Tips Menghadapi Si Kolektor:
- Hargai koleksinya: Jangan meremehkan koleksi si kecil. Tunjukkan bahwa Moms dan Dads menghargai minatnya.
- Berikan tempat khusus: Sediakan tempat khusus untuk menyimpan koleksinya, misalnya kotak atau rak.
- Ajak berkreasi: Ajak anak berkreasi dengan koleksinya, misalnya membuat kolase dari daun kering atau membuat mainan dari batu.
- Ajarkan tentang kebersihan: Ajarkan anak untuk menjaga kebersihan koleksinya dan mencuci tangan setelah menyentuhnya.
Menghadapi perilaku anak yang kadang membuat elus dada memang membutuhkan kesabaran ekstra. Namun, ingatlah bahwa semua itu adalah bagian dari proses tumbuh kembang mereka. Dengan kesabaran, kebijaksanaan, dan cinta yang tulus, Moms dan Dads pasti bisa melewati semua fase ini dengan baik.