7 Kebiasaan Aneh Para Sultan Bikin Heran (www.freepik.com)
Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, kok bisa ya ada orang yang kayaknya duitnya nggak habis-habis? Sementara kita banting tulang dari pagi sampai malam, kok ya gitu-gitu aja? Tenang, kamu nggak sendirian! Banyak dari kita, yang termasuk dalam kelas menengah, seringkali dibuat penasaran dengan gaya hidup dan kebiasaan finansial mereka yang berada di level “sultan”. Ada jurang perbedaan yang kadang bikin kita garuk-garuk kepala, mikir, “Apa sih rahasia mereka?” Nah, kali ini kita bakal mengupas tuntas 7 kebiasaan “aneh” para kaya raya yang mungkin nggak pernah terpikirkan oleh kita, tapi justru jadi kunci kekayaan mereka. Siap untuk sedikit tercengang dan mungkin, terinspirasi? Yuk, kita mulai!
1. Bukan Sekadar Menabung, Tapi Investasi yang “Gila-Gilaan”
Kebanyakan dari kita diajarkan untuk menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung. Itu bagus, kok! Tapi, buat para “sultan”, menabung itu baru langkah awal. Mereka nggak cuma menyimpan uang di bank, tapi mereka “mempekerjakan” uang mereka untuk menghasilkan lebih banyak uang lagi lewat investasi. Investasinya pun nggak main-main. Mereka nggak cuma lirik deposito atau reksadana yang keuntungannya “segitu-gitu aja”. Mereka berani mengambil risiko yang terukur dengan berinvestasi di berbagai aset, mulai dari saham, properti, bisnis, bahkan sampai aset-aset yang mungkin terdengar asing di telinga kita.
Mereka punya pemahaman yang mendalam tentang bagaimana uang bekerja dan bagaimana cara membuatnya beranak-pinak. Mereka nggak takut untuk mengalokasikan sebagian besar kekayaan mereka ke instrumen investasi yang berpotensi memberikan keuntungan yang jauh lebih besar dalam jangka panjang. Kelas menengah seringkali lebih konservatif dan nyaman dengan instrumen investasi yang aman, meskipun hasilnya kecil. Padahal, dengan pemahaman dan strategi yang tepat, investasi yang lebih “berani” bisa jadi kunci mengakselerasi pertumbuhan kekayaan.
2. Jaringan Itu Segalanya: Membangun Relasi Super Erat
Coba deh perhatikan, orang-orang kaya itu biasanya punya lingkaran pertemanan yang “wah”. Mereka nggak cuma bergaul dengan teman-teman lama atau rekan kerja biasa. Mereka aktif membangun jaringan dengan orang-orang yang punya visi yang sama, punya pengaruh, atau bahkan lebih sukses dari mereka. Bagi mereka, jaringan itu bukan cuma soal having fun bareng, tapi juga soal peluang. Peluang bisnis, peluang investasi, bahkan peluang untuk belajar dan berkembang.
Mereka nggak ragu untuk menghadiri acara-acara eksklusif, bergabung dengan komunitas-komunitas tertentu, atau bahkan sengaja mendekati orang-orang yang mereka kagumi. Mereka tahu betul bahwa koneksi yang tepat bisa membuka pintu-pintu yang nggak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Sementara itu, kelas menengah seringkali lebih fokus pada pekerjaan dan keluarga, dan mungkin kurang menyadari betapa pentingnya membangun dan memelihara jaringan yang luas dan berkualitas.
3. Belajar Nggak Ada Hentinya: Haus Ilmu dan Informasi
Jangan salah sangka, orang kaya itu nggak cuma ongkang-ongkang kaki menikmati kekayaan mereka. Justru sebaliknya, banyak dari mereka adalah pembelajar seumur hidup. Mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi dan nggak pernah berhenti mencari ilmu dan informasi baru. Mereka membaca buku, mengikuti seminar, mendengarkan podcast, bahkan mungkin punya mentor atau coach pribadi.
Mereka sadar betul bahwa dunia ini terus berubah dengan cepat, dan untuk tetap relevan dan sukses, mereka harus terus mengasah kemampuan dan memperluas wawasan. Mereka nggak cuma belajar soal bisnis dan investasi, tapi juga soal kepemimpinan, psikologi, teknologi, bahkan isu-isu global. Kelas menengah seringkali terjebak dalam rutinitas dan mungkin merasa nggak punya waktu atau energi untuk terus belajar hal-hal baru di luar pekerjaan mereka. Padahal, investasi terbesar adalah investasi pada diri sendiri.
4. Berpikir Jangka Panjang: Bukan Sekadar Hari Ini dan Besok
Salah satu perbedaan mendasar antara mentalitas kaya dan kelas menengah adalah soal perspektif waktu. Orang kaya cenderung berpikir jauh ke depan. Mereka membuat rencana keuangan jangka panjang, mempertimbangkan dampak keputusan mereka dalam 10, 20, atau bahkan 50 tahun mendatang. Mereka nggak terlalu fokus pada keuntungan instan atau kepuasan sesaat. Bagi mereka, membangun kekayaan adalah maraton, bukan sprint.
Mereka punya visi yang jelas tentang masa depan finansial mereka dan mereka bekerja secara konsisten untuk mewujudkannya. Mereka nggak panik saat pasar bergejolak atau ada tantangan ekonomi jangka pendek. Mereka tetap fokus pada tujuan jangka panjang mereka. Sementara itu, kelas menengah seringkali lebih fokus pada kebutuhan dan tantangan sehari-hari, dan mungkin kurang memiliki perencanaan keuangan jangka panjang yang matang.
5. Risiko Terukur: Berani Tapi Tetap Punya perhitungan
Mungkin kita sering melihat berita tentang orang kaya yang berinvestasi di bisnis-bisnis yang terdengar “gila” atau mengambil risiko yang besar. Tapi, penting untuk diingat bahwa risiko yang mereka ambil biasanya sudah diperhitungkan dengan matang. Mereka punya tim ahli yang membantu mereka menganalisis potensi keuntungan dan kerugian. Mereka nggak sembarangan “all-in” tanpa pemahaman yang jelas.
Mereka tahu betul bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, mereka harus berani keluar dari zona nyaman. Tapi, keberanian mereka itu didasari oleh riset, data, dan pemahaman yang mendalam. Kelas menengah seringkali cenderung menghindari risiko karena takut kehilangan apa yang sudah mereka miliki. Padahal, dengan strategi yang tepat, mengambil risiko yang terukur bisa jadi cara untuk mengakselerasi pertumbuhan kekayaan.
6. Efisiensi dan Delegasi: Nggak Semua Harus Dikerjakan Sendiri
Orang kaya sangat menghargai waktu mereka. Mereka tahu bahwa waktu adalah aset yang paling berharga dan nggak bisa didapatkan kembali. Oleh karena itu, mereka cenderung fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan menghasilkan dampak terbesar. Untuk tugas-tugas lain yang bisa didelegasikan, mereka nggak ragu untuk membayar orang lain untuk melakukannya.
Mulai dari asisten pribadi, staf administrasi, sampai tim profesional untuk mengelola keuangan atau investasi mereka. Mereka sadar betul bahwa dengan mendelegasikan tugas-tugas yang kurang penting, mereka bisa punya lebih banyak waktu dan energi untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar menghasilkan uang dan mengembangkan bisnis mereka. Kelas menengah seringkali merasa harus melakukan semuanya sendiri untuk menghemat biaya, padahal justru bisa menghabiskan lebih banyak waktu dan energi yang seharusnya bisa dialokasikan untuk hal yang lebih produktif.
7. Mentalitas Berkembang: Bukan Sekadar Cukup
Mungkin ini adalah perbedaan yang paling mendasar. Orang kaya umumnya punya mentalitas berkembang (growth mindset). Mereka nggak pernah merasa puas dengan apa yang sudah mereka capai. Mereka selalu mencari cara untuk menjadi lebih baik, untuk mengembangkan bisnis mereka, untuk meningkatkan kekayaan mereka, dan untuk memberikan dampak yang lebih besar.
Mereka melihat tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Mereka nggak takut gagal, karena mereka tahu bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju sukses. Sementara itu, kelas menengah seringkali punya mentalitas tetap (fixed mindset). Mereka mungkin merasa sudah cukup dengan apa yang mereka miliki dan kurang termotivasi untuk keluar dari zona nyaman dan mengejar hal yang lebih besar. Padahal, dengan mengubah mentalitas menjadi lebih berkembang, kita bisa membuka potensi diri yang mungkin belum kita sadari.
Jadi, Apa Pelajaran yang Bisa Kita Ambil?
Tentu saja, kita nggak harus langsung meniru semua kebiasaan “sultan” di atas. Tapi, dengan memahami prinsip-prinsip dasar yang ada di baliknya, kita bisa mulai mengadopsi beberapa kebiasaan yang relevan dengan kondisi dan tujuan kita. Mulai dari berinvestasi dengan lebih cerdas, membangun jaringan yang lebih berkualitas, terus belajar dan mengembangkan diri, berpikir jangka panjang, berani mengambil risiko yang terukur, belajar mendelegasikan, hingga mengubah mentalitas menjadi lebih berkembang.
Ingat, kekayaan itu bukan cuma soal berapa banyak uang yang kamu punya, tapi juga soal bagaimana kamu mengelola uang tersebut dan bagaimana kamu berpikir tentang uang. Dengan менталитет yang tepat dan kebiasaan yang mendukung, bukan nggak mungkin kita pun bisa selangkah lebih dekat menuju kebebasan finansial. Siap untuk mengubah kebiasaan dan meraih impian finansialmu? Yuk, mulai dari sekarang!
