Stop! Jangan Ucapkan Ini Saat Anak Gagal, Bisa Hancur Mentalnya!
data-sourcepos="3:1-3:550">harmonikita.com – Kegagalan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalaminya, tak terkecuali anak-anak kita, yang kini telah beranjak dewasa. Saat mereka menghadapi kegagalan, reaksi dan ucapan kita sebagai tua/">orang tua memiliki dampak yang besar. Dukungan tanpa trik-eratkan-hubungan-emosional-dengan-pasangan/">menghakimi menjadi kunci penting dalam membantu mereka bangkit dan belajar dari pengalaman tersebut. Artikel ini akan membahas ucapan-ucapan yang sebaiknya dihindari saat anak dewasa kita mengalami kegagalan, serta bagaimana memberikan dukungan yang efektif dan membangun.
Dampak Ucapan Negatif pada Anak Dewasa yang Mengalami Kegagalan
Ketika anak dewasa mengalami kegagalan, mereka mungkin merasakan berbagai emosi negatif, seperti kecewa, marah, sedih, atau bahkan malu. Ucapan-ucapan yang meremehkan, menyalahkan, atau membanding-bandingkan hanya akan memperburuk keadaan. Alih-alih memberikan solusi, ucapan-ucapan tersebut justru dapat merusak kepercayaan diri mereka, memicu stres, dan memperburuk hubungan dengan orang tua.
Sebagai contoh, ucapan seperti “Sudah Mama bilang, kan!” atau “Kenapa sih kamu selalu begini?” hanya akan membuat anak merasa disalahkan dan tidak didukung. Ucapan-ucapan ini juga menunjukkan bahwa kita sebagai orang tua tidak percaya pada kemampuan mereka untuk pikiran-lewat-bahasa-tubuh-10-tanda-yang-wajib-kamu-tahu/">belajar dan berkembang.
Ucapan yang Sebaiknya Dihindari
Berikut beberapa contoh ucapan yang sebaiknya dihindari saat anak dewasa kita mengalami kegagalan:
- Menyalahkan: “Ini semua salahmu sendiri.” Ucapan ini akan membuat anak merasa terpojok dan defensif.
- Meremehkan: “Ah, gitu aja kok dipikirin.” Ucapan ini meremehkan perasaan anak dan membuatnya merasa tidak dipahami.
- Membanding-bandingkan: “Lihat tuh si [nama], dia bisa kok.” Ucapan ini akan membuat anak merasa rendah diri dan memicu persaingan yang tidak sehat.
- Mengungkit masa lalu: “Dulu juga kamu pernah gagal seperti ini.” Mengungkit kegagalan di masa lalu hanya akan memperburuk perasaan anak saat ini.
- Memberi nasihat yang tidak relevan: “Kamu seharusnya…” Nasihat yang tidak diminta atau tidak relevan dengan situasi hanya akan membuat anak merasa tidak didengarkan.
Memberikan Dukungan Tanpa Menghakimi
Lalu, bagaimana cara memberikan dukungan yang efektif saat anak dewasa kita mengalami kegagalan? Kuncinya adalah dukungan tanpa menghakimi. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan:
Mendengarkan dengan Empati
Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati. Biarkan anak menceritakan pengalamannya tanpa kita menyela atau menghakimi. Tunjukkan bahwa kita memahami perasaannya dan ada untuknya.
Mengakui Perasaan Anak
Akui perasaan anak dan validasi emosi yang mereka rasakan. Misalnya, kita bisa mengatakan, “Mama/Papa mengerti kamu pasti kecewa sekali.” Dengan mengakui perasaannya, anak akan merasa didengar dan dipahami.
Fokus pada Proses, Bukan Hasil
Alih-alih fokus pada hasil akhir yang gagal dicapai, fokuslah pada proses yang telah dilalui anak. Beri apresiasi atas usaha dan kerja keras yang telah mereka lakukan. Hal ini akan membantu mereka untuk tetap termotivasi dan tidak menyerah.
Memberikan Dukungan dan Motivasi
Berikan dukungan dan motivasi kepada anak untuk bangkit kembali. Yakinkan mereka bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah kesempatan untuk belajar dan berkembang. Kita bisa mengatakan, “Mama/Papa percaya kamu bisa melewati ini.”
Menawarkan Bantuan yang Konkret
Tawarkan bantuan yang konkret jika memang dibutuhkan. Misalnya, jika anak mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan, kita bisa membantu mencari informasi lowongan atau memberikan saran dalam mempersiapkan wawancara.