Generasi Z Burnout? Antara Tuntutan Dunia dan Kesehatan Mental yang Terluka
data-sourcepos="5:1-5:562">harmonikita.com – Generasi Z burnout menjadi topik yang semakin relevan dan mendalam di era modern ini. Fenomena kelelahan kronis atau burnout yang dialami generasi muda, khususnya Generasi Z, bukan lagi sekadar keluhan sesaat, melainkan masalah serius yang mempengaruhi kesehatan mental, produktivitas, dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Mengapa generasi yang seharusnya penuh energi dan inovasi ini justru sering kali merasa kehabisan daya? Artikel ini akan mengupas tuntas penyebab burnout pada Generasi Z, dampaknya, serta solusi efektif untuk mengatasinya.
Penyebab Generasi Z Rentan Mengalami Burnout
Burnout bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba. Ada berbagai faktor kompleks yang saling berkaitan dan memicu generasi Z lebih rentan mengalami kondisi ini. Memahami akar penyebabnya adalah langkah awal untuk mencari solusi yang tepat.
Tekanan Ekspektasi Sosial dan Ekonomi
Generasi Z tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi global, persaingan kerja yang ketat, dan tekanan ekspektasi sosial yang tinggi. Mereka seringkali dihadapkan pada narasi kesuksesan instan di media sosial, yang menciptakan ilusi bahwa semua orang berhasil dengan mudah. Padahal, realitasnya jauh lebih kompleks dan penuh tantangan.
Menurut studi dari Deloitte Global Gen Z and Millennial Survey 2023, kekhawatiran utama Generasi Z adalah biaya hidup dan ketidakpastian masa depan. Tekanan untuk mencapai stabilitas finansial di usia muda, sambil tetap memenuhi standar gaya hidup yang dipromosikan media sosial, dapat menjadi beban mental yang berat. Mereka merasa harus terus menerus produktif dan mencapai milestone tertentu agar tidak tertinggal, padahal kondisi ekonomi dan sosial seringkali tidak mendukung.
Budaya Hustle dan Produktivitas Tanpa Batas
Budaya hustle yang dipopulerkan di era digital seringkali mempromosikan gagasan bahwa bekerja keras tanpa henti adalah kunci kesuksesan. Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang menghargai produktivitas di atas segalanya, bahkan mengorbankan waktu istirahat dan kesehatan pribadi. Mereka merasa bersalah jika tidak terus menerus produktif, seolah-olah waktu luang adalah kemewahan yang tidak pantas dinikmati.
Ironisnya, budaya hustle ini justru dapat menjadi bumerang. Riset dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa overwork atau kerja berlebihan justru menurunkan produktivitas jangka panjang, meningkatkan risiko kesalahan, dan memicu masalah kesehatan mental seperti burnout. Generasi Z perlu memahami bahwa produktivitas yang berkelanjutan membutuhkan keseimbangan, bukan kerja tanpa henti.
Penggunaan Media Sosial yang Berlebihan
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Generasi Z. Namun, di balik manfaatnya sebagai sarana komunikasi dan informasi, media sosial juga menyimpan potensi burnout yang signifikan. Paparan terus menerus terhadap konten yang curated dan seringkali tidak realistis di media sosial dapat memicu perasaan insecure, perbandingan sosial, dan fear of missing out (FOMO).
Belum lagi tekanan untuk selalu tampil sempurna dan mendapatkan validasi dari likes dan komentar di media sosial. Penelitian dari University of Pittsburgh menemukan bahwa semakin sering seseorang menggunakan media sosial, semakin tinggi risiko mengalami depresi dan kecemasan. Generasi Z perlu bijak dalam menggunakan media sosial dan membatasi paparan terhadap konten yang negatif atau memicu perbandingan sosial.
Ketidakpastian Masa Depan dan Krisis Global
Generasi Z tumbuh di tengah berbagai krisis global, mulai dari perubahan iklim, pandemi, hingga konflik geopolitik. Ketidakpastian masa depan ini dapat memicu kecemasan eksistensial dan perasaan tidak berdaya. Mereka khawatir tentang prospek pekerjaan, stabilitas ekonomi, dan masa depan planet ini.
Laporan dari American Psychological Association (APA) Stress in America™ 2023 menunjukkan bahwa Generasi Z adalah generasi yang paling merasa tertekan oleh isu-isu global seperti perubahan iklim dan inflasi. Rasa cemas dan ketidakpastian ini dapat menjadi beban mental yang berat dan berkontribusi pada burnout.