Kerja Gila Era 90-an yang Kini Dianggap Toxic
5. Penilaian Kinerja yang Kurang Transparan dan Berkelanjutan
Di masa lalu, penilaian kinerja seringkali dilakukan setahun sekali dan fokus pada evaluasi akhir tanpa banyak umpan balik yang berkelanjutan. Generasi muda mengharapkan penilaian kinerja yang lebih transparan, adil, dan berkelanjutan. Mereka ingin mendapatkan umpan balik secara reguler agar dapat terus berkembang dan meningkatkan kemampuan mereka. Percakapan yang terbuka antara manajer dan karyawan tentang tujuan, harapan, dan area pengembangan dianggap lebih efektif daripada sekadar laporan penilaian tahunan. Teknologi juga memungkinkan adanya feedback yang lebih sering dan informal melalui berbagai platform.
6. Mengandalkan Pertemuan Tatap Muka untuk Segala Hal
Meskipun interaksi tatap muka penting, di era 90-an, hampir semua diskusi dan pengambilan keputusan dilakukan melalui pertemuan fisik. Hal ini seringkali memakan waktu dan kurang efisien, terutama jika melibatkan banyak pihak dengan jadwal yang berbeda. Generasi muda yang terbiasa dengan kecepatan dan efisiensi teknologi lebih memilih memanfaatkan berbagai alat komunikasi daring untuk diskusi dan kolaborasi. Pertemuan tatap muka dianggap lebih efektif untuk hal-hal yang membutuhkan interaksi personal yang mendalam atau pengambilan keputusan strategis, namun untuk urusan sehari-hari, komunikasi daring dianggap lebih praktis dan hemat waktu.
7. Kurangnya Kesadaran akan Dampak Pekerjaan pada Kehidupan Pribadi
Batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi seringkali kabur di era 90-an. Email di luar jam kerja mungkin belum terlalu umum, namun ekspektasi untuk selalu “siaga” dan merespons urusan pekerjaan kapan saja seringkali ada. Generasi muda sangat menghargai batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka percaya bahwa memiliki waktu untuk bersantai, mengejar hobi, dan menghabiskan waktu dengan orang-orang terkasih adalah hal yang penting untuk menjaga keseimbangan hidup dan mencegah burnout. Mereka lebih memilih perusahaan yang menghormati waktu pribadi karyawan dan tidak mengharapkan mereka untuk selalu terhubung dengan pekerjaan di luar jam kerja yang ditentukan.
Pergeseran pandangan generasi muda terhadap kebiasaan kerja era 90-an mencerminkan evolusi dalam pemahaman tentang produktivitas, kesejahteraan, dan efisiensi. Fokus kini lebih tertuju pada hasil yang berkualitas, keseimbangan hidup yang sehat, komunikasi yang efektif, dan lingkungan kerja yang mendukung. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan perubahan ini dan mengadopsi praktik kerja yang lebih modern dan sesuai dengan nilai-nilai generasi muda akan lebih mampu menarik dan mempertahankan talenta terbaik di era digital ini. Tren ini bukan hanya tentang preferensi pribadi, tetapi juga tentang menciptakan budaya kerja yang lebih berkelanjutan dan manusiawi.