Terbukti, Cara Sopan Jaman Dulu Kini Malah Bikin Orang Menjauh

Terbukti, Cara Sopan Jaman Dulu Kini Malah Bikin Orang Menjauh

harmonikita.com – Dulu, beberapa norma sopan santun dianggap sebagai kunci utama dalam berinteraksi sosial. Namun, zaman terus bergulir, dan beberapa di antaranya justru terasa kaku, bahkan bisa membuat kita atau orang lain merasa tidak nyaman. Fenomena ini menarik untuk kita telaah lebih dalam. Apa saja sih perubahan norma kesopanan ini? Mengapa hal itu terjadi? Dan bagaimana kita bisa menyikapinya dengan bijak di era modern ini? Mari kita bedah bersama!

Pergeseran Nilai dalam Berinteraksi

Salah satu alasan utama mengapa beberapa norma kesopanan lawas terasa kurang relevan adalah adanya pergeseran nilai dalam masyarakat. Dulu, hierarki dan formalitas seringkali dijunjung tinggi. Misalnya, menyapa orang yang lebih tua dengan sebutan tertentu atau selalu menunduk saat lewat di hadapan mereka adalah hal yang wajar. Namun, kini, penekanan lebih diberikan pada kesetaraan, keaslian, dan kenyamanan dalam berinteraksi.

Baca Juga :  Anak Mulai Beda? Ini Cara Jitu Hadapi Perubahan Pra-Remaja!

Generasi muda, khususnya, tumbuh dalam lingkungan yang lebih terbuka dan egaliter. Mereka lebih menghargai komunikasi yang jujur dan langsung, tanpa perlu embel-embel formalitas yang berlebihan. Hal ini bukan berarti mereka tidak menghormati orang yang lebih tua, tetapi cara mereka mengekspresikan rasa hormat tersebut mungkin berbeda.

Contoh Norma Dulu yang Kini Terasa Canggung

Untuk lebih memahami pergeseran ini, mari kita lihat beberapa contoh norma kesopanan yang dulunya dianggap penting, namun kini justru bisa menimbulkan ketidaknyamanan:

Terlalu Formal dalam Berkomunikasi

Dulu, menggunakan bahasa yang sangat formal, terutama kepada orang yang lebih tua atau memiliki status sosial yang lebih tinggi, adalah sebuah keharusan. Misalnya, menggunakan kata “Anda” dan “Bapak/Ibu” secara terus-menerus, bahkan dalam percakapan santai. Kini, meskipun rasa hormat tetap penting, penggunaan bahasa yang terlalu kaku justru bisa menciptakan jarak dan membuat percakapan terasa tidak alami.

Baca Juga :  Merawat Orang Tua Tanpa Menguras Dompet, Strategi Cerdas Generasi Sandwich

Banyak orang, terutama generasi muda, lebih memilih komunikasi yang lebih santai dan akrab. Penggunaan sapaan yang lebih personal, seperti nama, atau bahkan panggilan akrab jika sudah saling mengenal, terasa lebih hangat dan membangun kedekatan. Tentu saja, ini perlu disesuaikan dengan konteks dan hubungan dengan lawan bicara.

Menjaga Jarak Fisik yang Berlebihan

Dulu, menjaga jarak fisik yang cukup jauh, terutama saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau berstatus lebih tinggi, dianggap sebagai bentuk penghormatan. Berdiri terlalu dekat dianggap kurang sopan. Namun, dalam konteks modern, menjaga jarak yang terlalu jauh justru bisa diartikan sebagai kurang ramah atau bahkan dingin.

Kini, batasan ruang pribadi memang tetap penting, tetapi interaksi yang terlalu berjarak bisa terasa aneh, terutama dalam percakapan antar teman atau kolega yang sudah akrab. Sentuhan ringan seperti berjabat tangan atau menepuk bahu dalam konteks yang tepat justru bisa mempererat hubungan.

Baca Juga :  Masalah Ini Dulu Menakutkan, Sekarang Dianggap Lucu!

Menawarkan Bantuan Secara Berlebihan

Dulu, menawarkan bantuan secara terus-menerus, bahkan untuk hal-hal kecil yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri oleh orang lain, dianggap sebagai bentuk perhatian dan kesopanan. Misalnya, selalu menawarkan untuk membawakan tas, mengambilkan minum, atau membukakan pintu.

Kini, menawarkan bantuan yang berlebihan justru bisa diartikan sebagai merendahkan kemampuan orang lain atau membuat mereka merasa tidak mandiri. Lebih baik menawarkan bantuan jika memang dibutuhkan atau diminta. Kepekaan terhadap situasi dan kebutuhan orang lain menjadi kunci utama.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *