Sayang Tapi Sakit? Mungkin Kalian di Fase Ini
harmonikita.com – Merasa sayang pada seseorang, tapi hubungan justru terasa sakit? Mungkin saat ini kamu sedang berada dalam fase yang cukup umum, namun penting untuk disadari. Fase ini bisa jadi membingungkan dan menguras emosi, membuatmu bertanya-tanya apakah ini cinta sejati atau justru jebakan yang perlahan menghancurkanmu. Mari kita bahas lebih dalam tentang fase “sayang tapi sakit” ini dan bagaimana cara menghadapinya.
Mengenali Fase “Sayang Tapi Sakit”: Lebih dari Sekadar Drama
Dalam perjalanan sebuah hubungan, tidak semua fase akan terasa indah dan berbunga-bunga. Ada kalanya kita merasakan ketidaknyamanan, bahkan rasa sakit, meskipun perasaan sayang masih kuat. Fase “sayang tapi sakit” ini seringkali ditandai dengan berbagai dinamika yang membuat kita merasa terjebak.
Mungkin kamu merasa sangat terikat dengan pasanganmu, namun di sisi lain, sering terjadi pertengkaran atau kesalahpahaman yang membuat hatimu terluka. Atau, bisa jadi kamu merasa kurang dihargai, diabaikan, atau bahkan dikontrol, meskipun kamu tahu jauh di lubuk hatinya, dia juga menyayangimu.
Fase ini bisa muncul karena berbagai alasan. Mungkin ada masalah komunikasi yang mendasar, perbedaan ekspektasi yang tidak pernah terselesaikan, atau bahkan adanya pola perilaku yang tidak sehat dalam hubungan. Terkadang, rasa sayang yang besar membuat kita cenderung mengabaikan “red flags” atau tanda-tanda peringatan yang seharusnya kita perhatikan.
Kenapa Kita Bertahan Meski Sakit?
Ada banyak faktor psikologis yang membuat seseorang tetap bertahan dalam hubungan yang menyakitkan. Salah satunya adalah cognitive dissonance, yaitu kondisi mental yang tidak nyaman ketika kita memiliki dua keyakinan atau perilaku yang bertentangan. Dalam kasus ini, kita menyayangi pasangan, namun hubungan terasa menyakitkan. Untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, kita mungkin cenderung merasionalisasi perilaku pasangan atau menyalahkan diri sendiri.
Selain itu, sunk cost fallacy juga bisa berperan. Kita telah menginvestasikan banyak waktu, tenaga, dan emosi dalam hubungan ini, sehingga merasa sayang untuk melepaskannya, meskipun hubungan tersebut tidak lagi sehat. Rasa takut akan kesepian, kehilangan, atau memulai dari awal juga menjadi alasan kuat mengapa seseorang memilih untuk bertahan.
Tanda-Tanda Kamu Berada di Fase “Sayang Tapi Sakit”
Untuk bisa keluar dari fase ini, langkah pertama adalah menyadarinya. Berikut beberapa tanda yang mungkin kamu rasakan:
1. Lebih Banyak Air Mata Daripada Tawa
Jika kamu mendapati dirimu lebih sering menangis atau merasa sedih karena hubunganmu daripada merasa bahagia dan tertawa, ini bisa menjadi pertanda adanya masalah yang lebih dalam. Hubungan yang sehat seharusnya memberikan dukungan dan kebahagiaan, bukan justru menjadi sumber utama kesedihan.
2. Merasa Tidak Aman dan Cemas
Apakah kamu sering merasa khawatir tentang status hubunganmu? Merasa takut ditinggalkan atau tidak dicintai? Kecemasan yang berlebihan dalam hubungan adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Kepercayaan dan rasa aman adalah fondasi penting dalam hubungan yang sehat.
3. Komunikasi yang Tidak Sehat
Pertengkaran yang terus-menerus, saling menyalahkan, atau bahkan diam-diaman yang berkepanjangan adalah ciri-ciri komunikasi yang tidak sehat. Jika setiap percakapan berakhir dengan perselisihan atau perasaan tidak dipahami, ini bisa menjadi indikasi bahwa hubunganmu sedang berada dalam fase yang sulit.
4. Merasa Tidak Dihargai atau Diabaikan
Apakah kamu merasa usahamu tidak dihargai? Merasa diabaikan atau tidak dianggap penting oleh pasanganmu? Perasaan ini bisa sangat menyakitkan dan merusak harga diri. Dalam hubungan yang sehat, kedua belah pihak seharusnya merasa dihargai dan didukung.