Quiet Hustle: Mereka Resign, Tapi Menghasilkan Lebih Banyak
|

Quiet Hustle: Mereka Resign, Tapi Menghasilkan Lebih Banyak

harmonikita.com – Belakangan ini, mungkin kamu sering mendengar cerita teman, kenalan, atau bahkan melihat di media sosial tentang orang-orang yang memutuskan untuk resign dari pekerjaan kantoran mereka. Mengejutkannya, alih-alih ‘menganggur’ atau kesulitan finansial, banyak dari mereka justru terlihat lebih bahagia, punya lebih banyak waktu luang, dan yang paling bikin penasaran: menghasilkan lebih banyak uang dari sebelumnya. Fenomena ini, di kalangan tertentu, mulai dikenal dengan istilah ‘Quiet Hustle’.

Bukan rahasia lagi kalau dunia kerja sedang mengalami pergeseran besar. Stres, burnout, jam kerja yang kaku, dan keinginan untuk memiliki kontrol lebih atas hidup membuat banyak orang bertanya: “Apa ini pekerjaan impian yang sebenarnya?” Generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z, seringkali memprioritaskan fleksibilitas, makna dalam pekerjaan, dan keseimbangan hidup (work-life balance) di atas sekadar gaji bulanan yang stabil. Nah, ‘Quiet Hustle’ ini muncul sebagai salah satu jawaban, sebuah jalan pintas (bukan dalam arti mudah, tapi alternatif) menuju gaya hidup dan finansial yang lebih diinginkan.

Baca Juga :  8 Tanda Tak Terduga Pesonamu Memikat Banyak Orang

Bukan Sekadar Resign Biasa: Memahami Fenomena di Baliknya

Ketika seseorang memutuskan untuk resign, ini bukan keputusan yang diambil sembarangan. Apalagi jika mereka sebelumnya memiliki karier yang mapan. Ada pemicu kuat di baliknya. Data menunjukkan bahwa angka burnout di kalangan profesional muda terus meningkat. Rasa lelah fisik dan mental akibat tekanan pekerjaan, lingkungan kerja yang kurang mendukung, atau merasa bakat dan potensi tidak sepenuhnya terpakai, menjadi alasan utama.

Lebih dari itu, ada juga keinginan kuat untuk tidak lagi ‘menjual waktu’ untuk uang dengan cara tradisional. Mereka ingin membangun sesuatu milik sendiri, sesuatu yang bisa tumbuh tanpa batasan jam kerja 9-to-5, sesuatu yang potensi penghasilannya tidak terbatas pada kenaikan gaji tahunan yang mungkin tak seberapa. Tren ‘Great Resignation’ yang sempat ramai di berbagai negara termasuk Indonesia, adalah bukti nyata bahwa banyak orang sedang mengevaluasi ulang hubungan mereka dengan pekerjaan dan karier konvensional. Mereka mencari ‘jalan lain’.

Baca Juga :  Cara Move on dengan Cepat, Lupakan Kenangan Pahit

Apa Itu Sebenarnya ‘Quiet Hustle’? Jauh dari Sekadar Kerja Sampingan

Nah, di sinilah letak perbedaannya dengan sekadar ‘kerja sampingan’ (side hustle). Kalau side hustle seringkali dilakukan di samping pekerjaan utama untuk menambah pemasukan, ‘Quiet Hustle’ ini seringkali adalah strategi membangun sumber pendapatan atau aset secara diam-diam, seringkali sebelum atau saat mereka masih di pekerjaan lama, dengan tujuan akhir untuk menggantikan atau melampaui pendapatan dari pekerjaan tradisional itu.

Kata ‘Quiet’ di sini penting. Ini bukan tentang pamer di media sosial bahwa kamu punya banyak ‘kerjaan’ di luar kantor. Ini lebih tentang fokus membangun fondasi, mengasah keterampilan baru, dan menciptakan sistem atau produk yang bisa menghasilkan uang, seringkali tanpa perlu banyak diketahui orang lain pada awalnya. Mereka membangun ‘mesin uang’ versi mereka sendiri, pelan-pelan, penuh perhitungan, dan tanpa banyak drama.

Baca Juga :  Ternyata Pemalas itu Jenius! Trik Produktivitas Tersembunyi di Balik Kemalasan

Intinya, Quiet Hustle adalah pergeseran pola pikir. Dari sekadar menjadi karyawan yang ‘disewa’, menjadi pencipta nilai yang membangun aset (baik itu keterampilan spesifik yang sangat dibutuhkan, audiens yang loyal, produk digital, properti, investasi, dll.) yang menghasilkan pendapatan secara lebih organik atau pasif seiring waktu. Ini bukan tentang ‘menganggur’, tapi tentang ‘bekerja’ dengan cara yang totally different dan seringkali lebih cerdas.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *