Luka Hati? Ternyata Begini 5 Cara Cepat Move On
harmonikita.com – Mengalami luka hati setelah sebuah hubungan berakhir atau karena penolakan memang rasanya bisa bikin dunia terasa jungkir balik, ya? Rasanya campur aduk: sedih, marah, kecewa, bingung, semua jadi satu. Nggak jarang, kita jadi pengen cepat-cepat lari dari perasaan nggak enak ini, pengen tahu gimana cara cepat move on dan kembali ceria seperti sedia kala. Tenang, kamu nggak sendirian kok. Perasaan ini wajar banget, dan yang terpenting, move on itu sangat mungkin dilakukan, bahkan bisa jadi awal dari versi dirimu yang lebih kuat.
Kita sering dengar nasihat klise seperti “waktu akan menyembuhkan” atau “cari aja yang baru”. Memang ada benarnya, tapi proses move on itu sebenarnya lebih dari sekadar menunggu atau mencari pengganti. Ini adalah tentang perjalanan aktif menyembuhkan diri, menerima kenyataan, dan menata kembali fokus hidupmu. Kadang, proses ini terasa lama dan melelahkan. Tapi, ada beberapa strategi yang bisa mempercepat langkahmu melewati fase galau ini, tanpa harus memaksakan diri atau mengabaikan perasaanmu. Yuk, kita bahas lima cara yang mungkin bisa membantumu bangkit lebih cepat dari patah hati.
1. Izinkan Dirimu Merasakan Sakitnya, Jangan Ditahan!
Kedengarannya aneh ya? Disuruh cepat move on tapi kok malah disuruh merasakan sakit? Justru ini langkah pertama yang krusial. Banyak dari kita yang secara refleks berusaha menekan atau mengalihkan rasa sakit. Kita sibuk menyibukkan diri, pura-pura tegar, atau bahkan menyangkal kalau kita sedang terluka. Padahal, perasaan itu seperti bola pantai yang coba kamu tekan ke dalam air; semakin keras kamu tekan, semakin kencang dia akan mental ke atas saat kamu lengah.
Mengizinkan diri untuk merasakan kesedihan, kemarahan, atau kekecewaan adalah bentuk validasi terhadap apa yang kamu alami. Nggak apa-apa kok kalau mau nangis sejadi-jadinya di kamar, nulis semua unek-unek di jurnal pribadi, atau sekadar duduk diam merenungi apa yang terjadi. Memberi ruang pada emosi negatif ini bukan berarti kamu lemah atau cengeng. Justru, ini adalah langkah berani untuk menghadapi kenyataan.
Coba deh, luangkan waktu khusus untuk ‘berduka’. Mungkin 15-30 menit setiap hari. Setelah itu, berkomitmenlah untuk melakukan aktivitas lain. Dengan mengakui dan memproses rasa sakit secara sadar, kamu mencegahnya menumpuk dan meledak di kemudian hari atau malah termanifestasi jadi masalah lain seperti kecemasan berlebih atau ketidakpercayaan pada hubungan baru. Ingat, ini adalah fase. Fase merasakan sakit ini nggak akan berlangsung selamanya, tapi penting untuk dilewati agar penyembuhan bisa benar-benar terjadi.
2. Terima Kenyataan, Walaupun Rasanya Pahit Banget
Ini mungkin bagian tersulit dari proses move on: menerima bahwa hubungan itu sudah berakhir, atau harapan itu memang tidak terwujud. Penerimaan bukan berarti kamu setuju dengan apa yang terjadi atau merasa itu adil. Penerimaan adalah tentang mengakui realitas situasi saat ini, berhenti berharap pada sesuatu yang sudah tidak mungkin, dan melepaskan keterikatan pada masa lalu.
Seringkali, kita terjebak dalam siklus “coba kalau dulu…”, “seandainya dia…”, atau terus-menerus memantau media sosial mantan, berharap ada tanda-tanda penyesalan atau keinginan untuk kembali. Perilaku ini hanya akan memperpanjang penderitaanmu. Semakin cepat kamu bisa berkata pada diri sendiri, “Oke, ini sudah terjadi. Ini menyakitkan, tapi ini adalah kenyataan sekarang,” semakin cepat kamu bisa mulai melangkah maju.
Bagaimana caranya? Mulailah dengan mengurangi paparan terhadap hal-hal yang memicu kenangan atau harapan palsu. Berhenti menganalisis setiap detail percakapan terakhir atau mencari ‘makna tersembunyi’. Fokus pada fakta: hubungan itu sudah selesai. Penerimaan ini adalah fondasi untuk membangun kembali hidupmu di atas tanah yang kokoh, bukan di atas angan-angan masa lalu. Ini adalah bentuk pembebasan diri dari belenggu harapan yang sia-sia.