Self-care itu nggak sama buat semua orang! Ini kata psikologi
harmonikita.com – Kamu mungkin sering dengar soal pentingnya self-care. Mulai dari skincare-an, meditasi, sampai liburan mewah. Tapi, pernah nggak sih kamu merasa semua saran itu kok kayaknya nggak “klik” buat kamu? Tenang, kamu nggak sendirian! Psikologi punya pandangan menarik nih soal self-care yang mungkin belum kamu tahu.
Seringkali, kita terjebak dalam pemahaman sempit tentang self-care. Media sosial penuh dengan gambar bubble bath dan smoothie hijau, seolah itu adalah satu-satunya cara untuk mencintai diri sendiri. Padahal, konsep self-care jauh lebih dalam dan personal dari itu. Psikologi justru menekankan bahwa apa yang dianggap sebagai self-care bisa sangat bervariasi antar individu.
Memahami Lebih Dalam Makna Self-Care dari Sudut Pandang Psikologi
Menurut para ahli psikologi, self-care adalah segala tindakan yang kita lakukan secara sengaja untuk mendukung kesehatan fisik, mental, dan emosional kita. Tujuannya bukan sekadar memanjakan diri sesaat, tapi lebih kepada menciptakan keseimbangan dan meningkatkan kesejahteraan jangka panjang. Ini berarti, self-care bukan hanya soal relaksasi, tapi juga tentang memenuhi kebutuhan dasar kita, seperti tidur yang cukup, makan makanan bergizi, dan bergerak aktif.
Lebih lanjut, psikologi kognitif-behavioral (CBT) menyoroti pentingnya mengidentifikasi pikiran dan perilaku yang mendukung atau justru merusak kesejahteraan kita. Self-care dalam konteks ini bisa berupa melatih pikiran positif, menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan, atau belajar mengatakan “tidak” pada hal-hal yang membebani.
Kenapa Self-Care Setiap Orang Berbeda?
Ada beberapa faktor psikologis yang membuat self-care menjadi sangat personal:
1. Kepribadian dan Temperamen
Setiap orang memiliki kepribadian dan temperamen yang unik. Introvert mungkin merasa recharged dengan menghabiskan waktu sendirian dan melakukan aktivitas yang tenang seperti membaca atau menulis. Sementara itu, ekstrovert justru mendapatkan energi dari interaksi sosial dan aktivitas yang lebih ramai. Memaksakan self-care ala introvert pada seorang ekstrovert, atau sebaliknya, justru bisa menimbulkan stres.
2. Kebutuhan Emosional yang Beragam
Kebutuhan emosional kita juga berbeda-beda. Ada orang yang merasa nyaman dan tenang dengan rutinitas yang terstruktur, sementara yang lain lebih suka spontanitas dan variasi. Ketika sedang merasa sedih, seseorang mungkin butuh ditemani dan diajak bicara, sementara yang lain lebih memilih menyendiri untuk merenung. Memahami kebutuhan emosional diri sendiri adalah kunci untuk menemukan self-care yang efektif.
3. Pengalaman Hidup dan Trauma
Pengalaman hidup, termasuk trauma masa lalu, dapat membentuk cara kita merespons stres dan bagaimana kita merawat diri. Seseorang yang pernah mengalami penolakan mungkin merasa self-care baginya adalah membangun hubungan yang aman dan suportif. Sementara itu, seseorang yang pernah mengalami tekanan perfeksionisme mungkin perlu belajar untuk lebih berbelas kasih pada diri sendiri dan menerima ketidaksempurnaan.
4. Nilai dan Prioritas Individu
Apa yang kita anggap penting dalam hidup juga memengaruhi pilihan self-care kita. Seseorang yang menjunjung tinggi kreativitas mungkin merasa self-care baginya adalah meluangkan waktu untuk berkarya. Sementara itu, seseorang yang mengutamakan kesehatan fisik mungkin fokus pada olahraga dan nutrisi. Self-care yang selaras dengan nilai-nilai kita akan terasa lebih bermakna dan memuaskan.
Menemukan Bentuk Self-Care yang Tepat untukmu
Lalu, bagaimana caranya menemukan self-care yang benar-benar efektif dan personal? Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba: