Luka di Hubunganmu Makin Parah? Ini Sebabnya!
harmonikita.com – Setiap hubungan pasti pernah diterpa ombak permasalahan. Namun, bagaimana cara kita menavigasi badai tersebut akan sangat menentukan apakah biduk cinta akan kembali berlayar dengan harmonis atau justru karam di tengah jalan. Sayangnya, di saat emosi sedang memuncak, tak jarang pasangan justru melakukan kesalahan-kesalahan fatal yang semakin memperburuk keadaan. Alih-alih mencari solusi, tindakan-tindakan ini justru menjadi jurang pemisah yang semakin dalam. Lantas, apa saja sih jurang kesalahan yang sebaiknya dihindari agar hubungan yang terluka bisa kembali pulih dan bahkan menjadi lebih kuat? Yuk, kita bahas satu per satu.
1. Menyalahkan dan Menunjuk Jari: Api dalam Sekam Pertengkaran
Saat konflik terjadi, insting pertama kita mungkin adalah mencari siapa yang salah. Namun, fokus pada menyalahkan dan menunjuk jari hanya akan menciptakan atmosfer permusuhan. Alih-alih menyelesaikan masalah, energi justru terkuras untuk saling membela diri dan menyerang balik. Menurut sebuah studi dalam Journal of Social and Personal Relationships, pasangan yang terjebak dalam siklus saling menyalahkan cenderung memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih rendah dan risiko perpisahan yang lebih tinggi.
Bayangkan begini: kamu dan pasanganmu berbeda pendapat tentang pengelolaan keuangan. Alih-alih mengatakan, “Kamu selalu boros dan tidak pernah memikirkan masa depan!”, cobalah untuk mengungkapkan perasaanmu dengan lebih lembut, seperti, “Aku merasa khawatir dengan pengeluaran kita belakangan ini. Bisakah kita mencari solusinya bersama?” Perubahan kecil dalam pemilihan kata dapat mengubah jalannya percakapan secara signifikan. Ingatlah, dalam sebuah hubungan, kita adalah tim, bukan rival. Mencari solusi bersama akan jauh lebih efektif daripada mencari kambing hitam.
2. Mengungkit Masa Lalu: Luka Lama yang Terus Menganga
Salah satu kebiasaan buruk yang sering muncul saat bertengkar adalah mengungkit-ungkit kesalahan atau masalah di masa lalu. Meskipun luka lama itu belum sepenuhnya sembuh, membukanya kembali di tengah konflik yang baru hanya akan memperkeruh suasana. Ibaratnya, kamu sedang berusaha memadamkan api, tapi malah menyiramnya dengan bensin. Masa lalu biarlah menjadi pelajaran, bukan senjata untuk menyakiti pasangan saat ini.
Fokuslah pada isu yang sedang dihadapi saat ini. Jika memang ada masalah di masa lalu yang masih mengganjal, sebaiknya dibicarakan secara terpisah dalam suasana yang lebih tenang dan konstruktif. Mengungkit masa lalu saat emosi sedang tinggi hanya akan membuat pasangan merasa diserang dan tidak dihargai. Ini bisa menghambat proses penyembuhan luka yang sedang terjadi dan bahkan menciptakan luka baru.
3. Diam dan Menarik Diri: Bom Waktu Emosi yang Tertunda
Meskipun terkadang kita membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, diam dan menarik diri secara berlebihan saat konflik terjadi bisa menjadi bumerang. Sikap ini seringkali diartikan sebagai penolakan, pengabaian, atau ketidakpedulian oleh pasangan. Padahal, komunikasi yang terbuka dan jujur adalah kunci untuk menyelesaikan masalah dalam hubungan.
Menurut psikolog John Gottman, stonewalling atau menarik diri secara emosional merupakan salah satu dari “empat penunggang kiamat” dalam hubungan yang dapat memprediksi perceraian. Alih-alih diam membisu, cobalah untuk mengkomunikasikan kebutuhanmu untuk beristirahat sejenak. Katakan, “Aku merasa overwhelmed saat ini. Bisakah kita beristirahat sebentar dan melanjutkan pembicaraan ini nanti setelah aku lebih tenang?” Dengan begitu, pasangan akan merasa dihargai dan tahu bahwa kamu tidak menghindarinya, melainkan hanya membutuhkan waktu untuk memproses emosi.