Milenial Pamer Gengsi Bukan Lagi Soal Barang, Tapi Pengalaman! (www.freepik.com)
harmonikita.com – Dulu, melihat seseorang menenteng tas branded atau mengendarai mobil mewah sudah cukup untuk mengukur status sosialnya. Tapi, zaman sudah berubah, begitu juga cara kaum milenial pamer gengsi. Generasi yang tumbuh di era digital ini punya pendekatan yang lebih unik dan, bisa dibilang, lebih “halu” dalam memamerkan prestise. Bukan lagi soal materi, tapi lebih ke pengalaman dan jejak digital yang mereka tinggalkan. Penasaran bagaimana caranya? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Transformasi Gengsi di Kalangan Milenial: Lebih dari Sekadar Materi
Milenial, generasi yang lahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an, memiliki pandangan yang berbeda tentang kesuksesan dan status. Jika generasi sebelumnya mungkin fokus pada akumulasi kekayaan dan kepemilikan barang, milenial cenderung lebih menghargai pengalaman, pertumbuhan pribadi, dan dampak positif yang bisa mereka berikan pada dunia.
Menurut sebuah studi terbaru dari The Millennial Institute, sekitar 78% milenial lebih memilih menghabiskan uang untuk pengalaman seperti traveling, konser, atau kursus keterampilan dibandingkan membeli barang-barang mewah. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran nilai di mana pengalaman dianggap lebih berharga dan lebih “layak” untuk dipamerkan di media sosial.
Bukan Barang Mewah, Ini Cara Milenial Pamer Gengsi yang Bikin Penasaran:
Lantas, bagaimana sebenarnya milenial menunjukkan “gengsi” mereka tanpa harus bergelimang harta benda? Berikut beberapa cara yang mungkin sering Anda lihat atau bahkan Anda lakukan sendiri:
3. Pengalaman Unik dan Tak Terlupakan: Lebih Berkesan dari Sekadar Koleksi
Liburan ke destinasi eksotis, mendaki gunung dengan pemandangan spektakuler, atau menghadiri festival musik internasional kini menjadi simbol status baru. Bukan hanya tentang “pergi ke mana”, tapi lebih kepada cerita dan pengalaman yang didapatkan selama perjalanan tersebut. Foto-foto dan video yang diunggah di media sosial menjadi bukti bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang “lebih” dari sekadar rutinitas sehari-hari.
Sebuah survei dari Adventure Travel Trade Association menunjukkan bahwa minat milenial terhadap wisata petualangan meningkat hingga 57% dalam beberapa tahun terakhir. Ini mengindikasikan bahwa tantangan dan pengalaman yang tidak biasa justru menjadi daya tarik utama bagi mereka.
3. Investasi pada Diri Sendiri: Gengsi yang Berkelanjutan
Milenial semakin sadar akan pentingnya pengembangan diri. Mengikuti workshop, seminar, atau kursus online kini menjadi cara untuk menunjukkan bahwa mereka terus belajar dan bertumbuh. Sertifikat atau keahlian baru yang mereka dapatkan bukan hanya meningkatkan nilai diri di pasar kerja, tapi juga menjadi “trofi” yang bisa dipamerkan di profil LinkedIn atau media sosial lainnya.
Data dari LinkedIn Learning mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah milenial yang mengambil kursus online untuk meningkatkan keterampilan mereka. Ini menunjukkan bahwa investasi pada diri sendiri dianggap sebagai bentuk gengsi yang lebih cerdas dan berkelanjutan.
3. Jejak Digital yang Bermakna: Lebih dari Sekadar Jumlah Likes
Di era digital, eksistensi online menjadi sangat penting. Milenial berusaha membangun jejak digital yang positif dan bermakna. Ini bisa berupa konten kreatif yang mereka bagikan, partisipasi dalam isu-isu sosial, atau bahkan membangun personal branding yang kuat. Jumlah followers atau likes mungkin masih relevan, tapi yang lebih penting adalah bagaimana mereka menggunakan platform digital untuk memberikan dampak dan menunjukkan nilai diri.
Menurut laporan dari Hootsuite, milenial adalah generasi yang paling aktif di media sosial, dengan rata-rata menghabiskan lebih dari 2 jam sehari di berbagai platform. Mereka menggunakan media sosial bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi juga untuk membangun koneksi, berbagi ide, dan menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya.
3. Gaya Hidup Sehat dan Berkelanjutan: Gengsi yang Bertanggung Jawab
Kesadaran akan pentingnya kesehatan dan lingkungan juga menjadi bagian dari “gengsi” milenial. Memilih makanan organik, berolahraga secara teratur, atau mendukung produk-produk ramah lingkungan menunjukkan bahwa mereka peduli dengan diri sendiri dan masa depan bumi. Gaya hidup ini bukan hanya tentang tren, tapi juga tentang nilai-nilai yang mereka anut.
Sebuah studi dari Nielsen menunjukkan bahwa milenial adalah konsumen yang paling bersedia membayar lebih untuk produk-produk yang berkelanjutan. Ini menunjukkan bahwa bagi mereka, gaya hidup yang bertanggung jawab juga merupakan bentuk prestise.
3. Koneksi dan Komunitas yang Solid: Gengsi dalam Relasi
Bagi milenial, memiliki jaringan pertemanan dan komunitas yang suportif juga merupakan bentuk “gengsi”. Mereka menghargai hubungan yang autentik dan saling mendukung. Berpartisipasi dalam kegiatan komunitas, menjadi relawan, atau sekadar memiliki circle pertemanan yang positif menunjukkan bahwa mereka memiliki kehidupan sosial yang kaya dan bermakna.
Menurut penelitian dari Pew Research Center, milenial cenderung lebih aktif dalam kegiatan sukarela dan komunitas dibandingkan generasi sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa bagi mereka, kontribusi sosial dan hubungan yang baik adalah aset yang berharga.
Mengapa Milenial Lebih Memilih Pengalaman daripada Barang?
Ada beberapa alasan mengapa milenial lebih memilih pengalaman dan hal-hal non-material sebagai bentuk “gengsi”:
- Pengalaman Lebih Berkesan: Pengalaman menciptakan kenangan yang lebih tahan lama dibandingkan barang-barang material. Kenangan ini bisa dibagikan dan diceritakan kembali, memberikan nilai sosial yang lebih tinggi.
- Fleksibilitas dan Kebebasan: Milenial menghargai fleksibilitas dan kebebasan. Pengalaman seringkali memberikan rasa kebebasan dan memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi hal-hal baru.
- Koneksi Sosial: Berbagi pengalaman dengan orang lain memperkuat ikatan sosial dan menciptakan rasa memiliki dalam komunitas.
- Identitas Diri: Pengalaman membantu membentuk identitas diri dan memberikan kesempatan untuk mengekspresikan diri secara unik.
- Nilai yang Lebih Dalam: Bagi banyak milenial, nilai-nilai seperti pertumbuhan pribadi, dampak sosial, dan keberlanjutan lebih penting daripada sekadar kepemilikan materi.
Implikasi dari Pergeseran Gengsi Ini
Pergeseran cara milenial memamerkan gengsi ini memiliki beberapa implikasi, baik bagi individu maupun bagi bisnis:
- Industri Pengalaman Meningkat: Bisnis yang menawarkan pengalaman unik dan berkesan, seperti pariwisata, hiburan, dan pendidikan, akan terus berkembang pesat.
- Pemasaran Berbasis Pengalaman: Brand perlu fokus pada bagaimana produk atau layanan mereka dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi konsumen, bukan hanya sekadar fitur atau manfaat produk.
- Pentingnya Jejak Digital: Reputasi online dan personal branding akan semakin penting bagi individu, terutama dalam hal karir dan hubungan sosial.
- Fokus pada Nilai dan Tujuan: Individu akan semakin mencari makna dan tujuan dalam hidup mereka, dan ini akan tercermin dalam cara mereka menghabiskan waktu dan uang.
“Halu” yang Positif dan Menginspirasi
Mungkin sebagian dari kita masih menganggap cara milenial memamerkan “gengsi” ini sebagai sesuatu yang “halu” atau tidak realistis. Namun, jika kita melihat lebih dalam, kita akan menyadari bahwa ada pergeseran nilai yang positif dan menginspirasi. Milenial menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukan hanya diukur dari seberapa banyak harta yang kita miliki, tapi juga dari seberapa banyak pengalaman berharga yang telah kita lalui, seberapa besar dampak positif yang bisa kita berikan, dan seberapa kuat koneksi yang kita bangun dengan orang lain.
Jadi, lain kali Anda melihat seorang milenial membagikan foto liburan seru atau pencapaian dalam pengembangan diri, ingatlah bahwa mereka sedang menunjukkan “gengsi” mereka dengan cara yang lebih modern dan bermakna. Mungkin ini saatnya bagi kita semua untuk mulai mempertimbangkan kembali definisi kesuksesan dan prestise dalam hidup kita. Bukankah lebih baik mengumpulkan kenangan indah daripada sekadar mengumpulkan barang-barang yang suatu saat nanti akan usang?
