Bikin Ngakak Tapi Jadi Puyeng, Inilah 5 Kelakuan Anak Menguji Kesabaran Orang Tua
- Menguji batasan: Anak-anak sedang belajar tentang aturan dan batasan. Dengan bernegosiasi, mereka mencoba menguji sejauh mana orang tua akan mengabulkan keinginannya.
- Mengembangkan kemampuan komunikasi: Bernegosiasi adalah salah satu cara anak mengembangkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis.
- Meniru perilaku orang dewasa: Anak-anak sering meniru perilaku orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Jika orang tua sering bernegosiasi, anak pun akan belajar melakukannya.
Tips Menghadapi Si Tukang Negosiasi:
- Tetapkan aturan yang jelas: Buat aturan yang jelas dan konsisten tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
- Berikan pilihan: Berikan anak pilihan, misalnya “Kamu boleh pilih, mau makan nasi atau roti?” Ini akan membuatnya merasa memiliki kendali.
- Ajarkan tentang kompromi: Jelaskan pada anak bahwa terkadang kita perlu berkompromi untuk mencapai kesepakatan.
- Berikan apresiasi: Berikan apresiasi ketika anak mau mengikuti aturan dan berkompromi.
4. Drama King & Queen Cilik
Air mata tumpah, teriakan menggema, dan badan berguling-guling di lantai. Inilah drama khas anak-anak yang bisa membuat orang tua pusing tujuh keliling. Entah karena tidak dibelikan mainan, tidak boleh main gadget, atau hanya karena susu tumpah sedikit.
Apa yang menyebabkan anak-anak mudah tantrum?
- Belum bisa mengontrol emosi: Anak-anak, terutama balita, belum mampu mengontrol emosi dengan baik. Mereka mudah frustrasi dan mengekspresikannya dengan tantrum.
- Mencari perhatian: Tantrum bisa menjadi cara anak untuk mencari perhatian orang tua.
- Kelelahan dan lapar: Anak yang kelelahan atau lapar cenderung lebih mudah tantrum.
Tips Menghadapi Drama King & Queen Cilik:
- Tetap tenang: Jangan terpancing emosi saat anak tantrum. Tetap tenang dan bersikap tegas.
- Abaikan tantrum: Jika tantrum terjadi karena anak ingin mencari perhatian, abaikan saja. Nanti ia akan berhenti sendiri.
- Alihkan perhatian: Coba alihkan perhatian anak dengan hal lain, misalnya mengajaknya bermain atau memberikan mainan kesukaannya.
- Berikan pelukan: Terkadang, yang dibutuhkan anak hanyalah pelukan hangat dari orang tua.
- Ajarkan cara mengelola emosi: Ajarkan anak untuk mengenali dan menyebutkan emosinya, misalnya “Adik sedang marah ya?”
5. Si Kolektor Barang “Unik”
Pernahkah Moms dan Dads menemukan “harta karun” di kantong celana atau tas si kecil? Mulai dari batu, kerikil, daun kering, sampai bungkus permen bekas. Ya, anak-anak memang suka mengoleksi barang-barang “unik” yang bagi orang dewasa mungkin tidak ada nilainya.
Mengapa anak-anak suka mengoleksi barang-barang “unik”?
- Rasa ingin tahu: Anak-anak tertarik dengan segala sesuatu yang baru dan berbeda. Mereka ingin tahu apa itu, bagaimana bentuknya, dan apa fungsinya.
- Imajinasi: Barang-barang “unik” tersebut bisa menjadi alat bermain dan menunjang imajinasi anak. Misalnya, batu bisa menjadi uang dalam permainan jual-beli, daun kering bisa menjadi perahu di sungai imajiner.
- Kenangan: Barang-barang tersebut mungkin memiliki nilai sentimental bagi anak, misalnya batu yang ia temukan saat berlibur ke pantai.
Tips Menghadapi Si Kolektor:
- Hargai koleksinya: Jangan meremehkan koleksi si kecil. Tunjukkan bahwa Moms dan Dads menghargai minatnya.
- Berikan tempat khusus: Sediakan tempat khusus untuk menyimpan koleksinya, misalnya kotak atau rak.
- Ajak berkreasi: Ajak anak berkreasi dengan koleksinya, misalnya membuat kolase dari daun kering atau membuat mainan dari batu.
- Ajarkan tentang kebersihan: Ajarkan anak untuk menjaga kebersihan koleksinya dan mencuci tangan setelah menyentuhnya.
Menghadapi perilaku anak yang kadang membuat elus dada memang membutuhkan kesabaran ekstra. Namun, ingatlah bahwa semua itu adalah bagian dari proses tumbuh kembang mereka. Dengan kesabaran, kebijaksanaan, dan cinta yang tulus, Moms dan Dads pasti bisa melewati semua fase ini dengan baik.