Jangan Pernah Bilang ‘Saya Tidak Tahu’ Lagi! Ini Alasannya
Bukan Berarti Harus Pura-Pura Tahu
Penting untuk digarisbawahi: artikel ini bukan tentang menyuruhmu berbohong atau berpura-pura tahu padahal tidak. Itu sama sekali bukan solusi yang baik dan justru bisa merusak kredibilitasmu lebih parah. Intinya adalah mengubah formulasi dan tindakan setelahnya.
Mengakui ketidaktahuan adalah langkah pertama yang jujur dan penting. Masalahnya muncul ketika pengakuan itu menjadi satu-satunya respon dan tidak diikuti dengan inisiatif untuk mencari tahu atau menawarkan solusi lain.
Dalam era digital ini, informasi ada di ujung jari kita. Pertanyaan apapun, seaneh apapun, seringkali bisa ditemukan jawabannya dalam hitungan detik dengan bantuan mesin pencari. Kemampuan untuk mengakses, memfilter, dan memproses informasi inilah yang menjadi keterampilan berharga, jauh lebih berharga daripada sekadar memiliki bank data di kepala kita (yang cepat usang anyway).
Jadi, ini bukan tentang seberapa banyak fakta yang tersimpan di otakmu saat ini, tapi seberapa tanggap dan proaktif kamu dalam merespons situasi yang membutuhkan informasi.
Jurus Ampuh Pengganti “Saya Tidak Tahu”
Nah, ini dia bagian yang paling ditunggu. Bagaimana sih caranya merespons ketidaktahuan dengan lebih elegan, produktif, dan memberdayakan? Ini beberapa alternatif jurus yang bisa langsung kamu praktikkan:
1. Tanggapan yang Menunjukkan Minat dan Niat Mencari Tahu:
- “Wah, itu pertanyaan bagus! Aku nggak tahu jawabannya sekarang, tapi aku tertarik banget buat cari tahu. Nanti aku coba Browse ya!”
- “Jujur aku nggak tahu detail pastinya, tapi itu menarik. Boleh aku coba cari informasinya dan kabari kamu lagi?”
- “Hmm, aku belum pernah ketemu kasus ini sebelumnya. Tapi aku bisa bantu cari tahu di [sebutkan sumber yang relevan, misal: catatan, internet, buku, database].”
Respon seperti ini menunjukkan bahwa kamu tertarik pada topik atau masalahnya dan bersedia menginvestasikan waktu untuk mencari solusinya. Ini jauh lebih positif daripada sekadar menutup percakapan. Ini menunjukkan inisiatif dan rasa ingin tahu.
2. Tanggapan yang Menawarkan Bantuan atau Pengalihan ke Sumber Lain:
- “Aku nggak yakin tentang itu, tapi seingatku [Nama Orang/Departemen] yang paling tahu soal ini. Coba tanya ke dia deh.”
- “Aku nggak pegang datanya sekarang, tapi aku tahu di mana bisa menemukannya. Biar aku carikan untukmu ya.”
- “Aku nggak tahu jawabannya, tapi kita bisa cari tahu bareng-bareng sekarang. Ada akses internet di dekat sini?”
Jurus ini menunjukkan bahwa meskipun kamu bukan sumber informasinya, kamu punya ide tentang siapa atau di mana sumber itu berada, atau setidaknya kamu mau membantu proses pencariannya. Ini membangun kolaborasi dan menunjukkan bahwa kamu adalah bagian dari solusi, bukan hanya penyampai masalah (dalam hal ini, ketidaktahuan).
3. Tanggapan yang Memberi Informasi Parsial atau Konteks dan Mengakui Perlunya Konfirmasi:
- “Setahuku sih [sebutkan informasi parsial yang kamu tahu], tapi aku nggak 100% yakin. Perlu dikonfirmasi lagi datanya.”
- “Secara umum, aturannya begini [jelaskan garis besar], tapi untuk kasus spesifik ini, aku perlu cek lagi panduannya biar nggak salah.”
- “Aku ingat pernah baca sekilas tentang ini, kalau nggak salah isinya begini [sampaikan intinya]. Tapi detail lengkapnya aku lupa dan perlu dicari lagi.”
Ini adalah cara elegan untuk menunjukkan bahwa kamu punya sedikit insight atau basis pengetahuan tentang topik tersebut, meskipun belum lengkap atau perlu diperbarui. Ini menunjukkan bahwa kamu bukan sama sekali kosong melompong dan menghargai akurasi informasi. Kamu mengakui batas pengetahuanmu saat ini sambil menunjukkan bahwa kamu punya bekal untuk mulai mencari.
4. Mengajukan Pertanyaan Balik untuk Memahami Lebih Jauh: