Gen Z & Quiet Quitting: Bukan Malas, Tapi…
Dampak dan Peluang di Balik Fenomena
data-sourcepos="31:1-31:295">Fenomena “quiet quitting” tentu memiliki dampak bagi dunia kerja. Bagi perusahaan, hal ini bisa berdampak pada penurunan produktivitas dan inovasi. Namun, di sisi lain, fenomena ini juga dapat menjadi momentum bagi perusahaan untuk berbenah diri dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.
Beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengatasi fenomena “quiet quitting” antara lain:
- Meningkatkan komunikasi dan transparansi: Perusahaan perlu membuka dialog dengan karyawan, mendengarkan aspirasi mereka, dan memberikan informasi yang jelas mengenai ekspektasi dan peluang karir.
- Memberikan apresiasi dan pengakuan: Memberikan apresiasi atas kinerja karyawan, baik secara verbal maupun dalam bentuk penghargaan atau promosi, dapat meningkatkan motivasi dan loyalitas.
- Menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan suportif: Perusahaan perlu memastikan bahwa semua karyawan merasa dihargai dan didukung, tanpa memandang usia, latar belakang, atau identitas lainnya.
- Menawarkan fleksibilitas dan work-life balance: Memberikan opsi kerja fleksibel, seperti jam kerja yang fleksibel atau kerja jarak jauh, dapat membantu karyawan mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Menuju Dunia Kerja yang Lebih Baik
Fenomena “quiet quitting” merupakan sebuah sinyal bagi dunia kerja untuk berubah. Gen Z menginginkan dunia kerja yang lebih manusiawi, di mana keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dihargai. Mereka ingin bekerja dengan tujuan yang jelas dan bermakna, di lingkungan yang suportif dan inklusif.
Dengan memahami akar permasalahan dan mengambil langkah-langkah yang tepat, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, tidak hanya bagi Gen Z, tetapi juga bagi semua generasi. Pada akhirnya, “quiet quitting” bisa menjadi katalisator untuk perubahan positif di dunia kerja, menuju masa depan yang lebih baik bagi semua.
Sebagai penutup, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki preferensi dan motivasi yang berbeda dalam bekerja. Tidak semua Gen Z melakukan “quiet quitting,” dan tidak semua yang melakukan “quiet quitting” memiliki alasan yang sama. Penting untuk menghindari generalisasi dan tetap membuka dialog untuk memahami perspektif masing-masing. Dengan begitu, kita dapat membangun dunia kerja yang lebih baik dan berkelanjutan.