Anak Sering Dimarahi? Ini Efeknya Saat Dewasa
harmonikita.com – Siapa sangka, kebiasaan memarahi anak yang mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang tua, ternyata menyimpan dampak jangka panjang yang mengejutkan hingga mereka dewasa. Pola komunikasi yang penuh amarah dan kritik ternyata dapat membentuk kepribadian dan kesehatan mental anak di kemudian hari. Mari kita telaah lebih dalam mengenai efek mengejutkan ini.
Luka Batin yang Membekas Hingga Dewasa
Bentakan dan kata-kata kasar yang diterima seorang anak berulang kali dapat meninggalkan luka batin yang mendalam. Alih-alih menjadi pelajaran, kemarahan justru seringkali ditangkap sebagai penolakan dan kurangnya penerimaan dari orang tua. Dampaknya, ketika dewasa, individu yang masa kecilnya sering dimarahi cenderung memiliki beberapa masalah emosional, antara lain:
Rendahnya Harga Diri dan Rasa Tidak Berharga
Kritik pedas dan bentakan terus-menerus dapat menanamkan keyakinan negatif dalam diri anak. Mereka mulai percaya bahwa dirinya memang tidak becus, tidak pintar, atau bahkan tidak layak dicintai. Keyakinan ini akan terus terbawa hingga dewasa, menghambat mereka dalam meraih potensi diri dan membangun hubungan yang sehat. Mereka mungkin akan selalu merasa tidak cukup, meragukan kemampuan diri, dan takut mengambil risiko karena takut melakukan kesalahan dan dimarahi lagi.
Kesulitan Mengelola Emosi Diri
Anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh amarah seringkali tidak belajar cara yang sehat untuk mengelola emosi mereka sendiri. Mereka mungkin meniru cara orang tua mereka dalam meluapkan kekesalan, menjadi lebih agresif, atau justru memendam emosi hingga akhirnya meledak di kemudian hari. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk belajar mengenali, memahami, dan mengekspresikan emosi dengan cara yang konstruktif. Akibatnya, saat dewasa, mereka rentan mengalami kesulitan dalam mengendalikan amarah, kecemasan, atau bahkan depresi.
Meningkatnya Risiko Gangguan Kecemasan dan Depresi
Stres kronis akibat sering dimarahi dapat memicu ketidakseimbangan kimiawi di otak dan meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi. Anak-anak yang terus-menerus merasa terancam dan tidak aman cenderung mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang tidak sehat, seperti menarik diri dari lingkungan sosial atau menjadi terlalu sensitif terhadap kritik. Perasaan cemas dan sedih yang berkepanjangan ini dapat berkembang menjadi gangguan mental yang lebih serius di kemudian hari.
Dampak pada Hubungan Sosial dan Interpersonal
Efek buruk dari sering dimarahi tidak hanya terbatas pada kesehatan mental individu, tetapi juga merambah ke kualitas hubungan sosial mereka saat dewasa. Beberapa dampaknya antara lain:
Kesulitan Membangun Kepercayaan dengan Orang Lain
Pengalaman dimarahi tanpa alasan yang jelas atau dengan cara yang tidak adil dapat membuat anak tumbuh menjadi orang dewasa yang sulit mempercayai orang lain. Mereka mungkin selalu merasa curiga, takut dikecewakan, atau bahkan menganggap semua orang memiliki potensi untuk menyakiti mereka. Hal ini tentu saja akan menghambat kemampuan mereka dalam membangun hubungan yang intim dan langgeng.
Pola Hubungan yang Tidak Sehat
Individu yang sering dimarahi di masa kecil mungkin tanpa sadar mengulang pola hubungan yang sama di kehidupan dewasanya. Mereka bisa menjadi sosok yang terlalu dominan dan suka mengatur (meniru orang tua yang pemarah) atau justru menjadi terlalu pasif dan takut untuk mengungkapkan pendapat (karena takut dimarahi). Mereka mungkin juga menarik pasangan yang memiliki pola komunikasi yang serupa, menciptakan siklus hubungan yang tidak sehat.