Red Flags yang Harus Kamu Waspadai Sebelum Pacaran Lagi! (www.freepik.com)
harmonikita.com – Memulai lembaran baru setelah putus cinta memang menggoda, namun sebelum kamu benar-benar membuka hati untuk seseorang yang baru, ada baiknya kamu lebih dulu mengenali potensi “red flags” atau tanda bahaya dalam hubungan. Mengenali tujuh hal penting ini bisa membantumu terhindar dari luka yang mungkin terulang dan membangun hubungan yang lebih sehat dan bahagia.
Masa setelah putus cinta seringkali terasa seperti badai yang baru saja mereda. Keinginan untuk kembali merasakan kehangatan dan kebersamaan adalah hal yang wajar. Namun, terburu-buru melabuhkan hati pada dermaga yang salah bisa berakibat pada karamnya kapal emosi untuk yang kedua kali. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati dan lebih peka terhadap sinyal-sinyal yang mungkin mengindikasikan adanya masalah di kemudian hari. Mari kita telaah tujuh “red flags” yang patut kamu waspadai sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan baru pasca berpisah.
1. Belum Sepenuhnya “Move On” dari Mantan
Salah satu fondasi penting dalam membangun hubungan yang sehat adalah kemerdekaan emosional dari masa lalu. Jika kamu masih sering membandingkan pasangan baru dengan mantan, masih menyimpan amarah atau kekecewaan yang mendalam, atau bahkan diam-diam berharap untuk balikan, ini adalah lampu merah yang sangat jelas. Membawa “beban” emosional dari hubungan sebelumnya hanya akan membebani hubungan yang sedang kamu coba bangun.
Menurut sebuah studi dalam Journal of Social and Personal Relationships, individu yang belum sepenuhnya pulih dari putus cinta cenderung memiliki kualitas hubungan yang lebih rendah di hubungan berikutnya. Mereka mungkin lebih sensitif, defensif, atau bahkan tidak mampu memberikan komitmen yang utuh. Sebelum melangkah lebih jauh, jujurlah pada diri sendiri. Apakah kamu benar-benar siap membuka lembaran baru, ataukah kamu hanya mencari pelarian atau validasi dari orang lain?
2. Terlalu Cepat dan Intens
Awal hubungan yang terasa seperti rollercoaster mungkin tampak romantis dan mendebarkan, namun seringkali menyembunyikan potensi masalah di kemudian hari. Jika seseorang terlalu cepat mengungkapkan cinta, ingin menghabiskan setiap detik bersamamu, atau bahkan sudah membicarakan masa depan yang serius dalam waktu singkat, berhati-hatilah. Intensitas yang berlebihan di awal hubungan bisa menjadi tanda love bombing, sebuah taktik manipulasi di mana seseorang berusaha mendapatkan kendali dengan memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan.
Psikolog Dr. Ramani Durvasula dalam bukunya “Don’t You Know Who I Am?” menjelaskan bahwa love bombing seringkali menjadi ciri kepribadian narsistik. Orang yang melakukan ini cenderung ingin mengidealisasikan pasangannya di awal, namun kemudian akan menunjukkan sisi aslinya yang manipulatif dan mengontrol. Hubungan yang sehat membutuhkan waktu untuk berkembang secara organik, dengan kedua belah pihak saling mengenal secara bertahap.
3. Riwayat Hubungan yang Bermasalah
Meskipun masa lalu bukanlah jaminan masa depan, melihat pola dalam riwayat hubungan seseorang bisa memberikan gambaran penting. Jika seseorang memiliki banyak mantan dengan cerita yang serupa tentang perpisahan yang buruk, drama, atau perselingkuhan, ada kemungkinan pola ini akan terulang. Tentu saja, setiap orang berhak atas kesempatan kedua, namun penting untuk menggali lebih dalam dan memahami alasan di balik riwayat tersebut.
Tanyakan pada diri sendiri, apakah kamu melihat adanya pola yang mengkhawatirkan? Apakah orang ini mampu bertanggung jawab atas peran mereka dalam hubungan sebelumnya? Apakah mereka menunjukkan tanda-tanda telah belajar dari kesalahan masa lalu? Mengabaikan riwayat hubungan yang bermasalah sama dengan mengabaikan rambu-rambu peringatan di jalan tol.
4. Tidak Menghargai Batasan dan Privasimu
Hubungan yang sehat dibangun atas dasar saling menghormati, termasuk menghormati batasan dan privasi masing-masing. Jika seseorang terus-menerus mencoba melanggar batasan yang telah kamu tetapkan, seperti menelepon atau mengirim pesan berkali-kali meskipun kamu sedang sibuk, atau mencoba mengakses informasi pribadi tanpa izin, ini adalah tanda bahaya yang serius.
Menurut penelitian tentang kekerasan dalam pacaran, pelanggaran batasan seringkali menjadi indikator awal perilaku yang lebih mengontrol dan bahkan abusif di kemudian hari. Batasan adalah cara kita melindungi diri dan kebutuhan kita dalam sebuah hubungan. Jika seseorang tidak menghargai batasanmu, mereka tidak menghargai dirimu secara utuh.
5. Komunikasi yang Tidak Sehat
Komunikasi adalah urat nadi sebuah hubungan. Jika komunikasi dengan pasangan potensialmu seringkali diwarnai dengan argumen yang tidak produktif, saling menyalahkan, merendahkan, atau bahkan menghindar, ini adalah “red flag” yang tidak boleh diabaikan. Komunikasi yang sehat melibatkan kemampuan untuk mendengarkan dengan empati, menyampaikan pendapat dengan hormat, dan mencari solusi bersama saat terjadi konflik.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Family Process menunjukkan bahwa pola komunikasi negatif, seperti kritik, defensif, meremehkan, dan stonewalling (menutup diri), adalah prediktor kuat perceraian. Perhatikan bagaimana caramu dan pasangan potensialmu berinteraksi saat ada perbedaan pendapat. Apakah kalian mampu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, ataukah justru saling menyakiti dengan kata-kata?
6. Tidak Ada Empati dan Kurang Peduli
Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam sebuah hubungan, empati adalah lem yang mengikat dua hati. Jika pasangan potensialmu terlihat tidak peduli dengan perasaanmu, meremehkan masalah yang kamu hadapi, atau tidak mampu memberikan dukungan emosional saat kamu membutuhkannya, ini adalah tanda bahwa kebutuhan emosionalmu mungkin tidak akan terpenuhi dalam hubungan ini.
Bayangkan jika kamu sedang mengalami hari yang buruk, namun pasanganmu justru bersikap acuh tak acuh atau bahkan menyalahkanmu. Hubungan yang sehat adalah tempat di mana kamu merasa aman dan didukung, di mana kamu tahu bahwa ada seseorang yang peduli dengan kesejahteraanmu. Kekurangan empati adalah “red flag” yang bisa membuatmu merasa kesepian meskipun sedang berada dalam sebuah hubungan.
7. Perilaku yang Tidak Konsisten
Ketidaksesuaian antara perkataan dan perbuatan adalah tanda bahaya yang seringkali diabaikan. Seseorang mungkin mengatakan hal-hal manis dan menjanjikan masa depan yang indah, namun tindakannya justru bertolak belakang. Misalnya, mereka sering membatalkan janji secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, tidak menepati janji, atau bersikap berbeda di depanmu dan di depan orang lain.
Perilaku yang tidak konsisten menciptakan ketidakpastian dan kecemasan dalam hubungan. Kamu akan terus-menerus bertanya-tanya apa yang sebenarnya mereka rasakan dan pikirkan. Kepercayaan adalah fondasi penting dalam sebuah hubungan, dan perilaku yang tidak konsisten akan menggerogoti fondasi tersebut sedikit demi sedikit. Lebih baik mencari seseorang yang perkataannya sejalan dengan tindakannya, sehingga kamu bisa merasa aman dan percaya dalam hubungan tersebut.
Mengenali “red flags” bukanlah tentang menjadi paranoid atau mencari-cari kesalahan pada setiap orang yang mendekat. Ini adalah tentang menjadi lebih bijak dan berhati-hati dalam memilih seseorang yang akan berbagi hidup denganmu, terutama setelah kamu telah melewati pengalaman pahit di masa lalu. Dengan lebih peka terhadap tanda-tanda peringatan ini, kamu memberikan dirimu kesempatan yang lebih besar untuk membangun hubungan yang sehat, bahagia, dan langgeng.
Ingatlah, kamu berhak mendapatkan yang terbaik. Jangan terburu-buru hanya karena kamu merasa kesepian atau takut untuk sendiri. Luangkan waktu untuk benar-benar mengenal seseorang sebelum kamu membuka hatimu sepenuhnya. Percayalah pada intuisimu, dan jangan ragu untuk mundur jika kamu melihat salah satu dari “red flags” ini berkibar di hadapanmu. Masa depan hubunganmu ada di tanganmu.
