Self-care itu nggak sama buat semua orang! Ini kata psikologi

Self-care itu nggak sama buat semua orang! Ini kata psikologi (www.freepik.com)

harmonikita.com – Kamu mungkin sering dengar soal pentingnya self-care. Mulai dari skincare-an, meditasi, sampai liburan mewah. Tapi, pernah nggak sih kamu merasa semua saran itu kok kayaknya nggak “klik” buat kamu? Tenang, kamu nggak sendirian! Psikologi punya pandangan menarik nih soal self-care yang mungkin belum kamu tahu.

Seringkali, kita terjebak dalam pemahaman sempit tentang self-care. Media sosial penuh dengan gambar bubble bath dan smoothie hijau, seolah itu adalah satu-satunya cara untuk mencintai diri sendiri. Padahal, konsep self-care jauh lebih dalam dan personal dari itu. Psikologi justru menekankan bahwa apa yang dianggap sebagai self-care bisa sangat bervariasi antar individu.

Memahami Lebih Dalam Makna Self-Care dari Sudut Pandang Psikologi

Menurut para ahli psikologi, self-care adalah segala tindakan yang kita lakukan secara sengaja untuk mendukung kesehatan fisik, mental, dan emosional kita. Tujuannya bukan sekadar memanjakan diri sesaat, tapi lebih kepada menciptakan keseimbangan dan meningkatkan kesejahteraan jangka panjang. Ini berarti, self-care bukan hanya soal relaksasi, tapi juga tentang memenuhi kebutuhan dasar kita, seperti tidur yang cukup, makan makanan bergizi, dan bergerak aktif.

Lebih lanjut, psikologi kognitif-behavioral (CBT) menyoroti pentingnya mengidentifikasi pikiran dan perilaku yang mendukung atau justru merusak kesejahteraan kita. Self-care dalam konteks ini bisa berupa melatih pikiran positif, menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan, atau belajar mengatakan “tidak” pada hal-hal yang membebani.

Kenapa Self-Care Setiap Orang Berbeda?

Ada beberapa faktor psikologis yang membuat self-care menjadi sangat personal:

1. Kepribadian dan Temperamen

Setiap orang memiliki kepribadian dan temperamen yang unik. Introvert mungkin merasa recharged dengan menghabiskan waktu sendirian dan melakukan aktivitas yang tenang seperti membaca atau menulis. Sementara itu, ekstrovert justru mendapatkan energi dari interaksi sosial dan aktivitas yang lebih ramai. Memaksakan self-care ala introvert pada seorang ekstrovert, atau sebaliknya, justru bisa menimbulkan stres.

2. Kebutuhan Emosional yang Beragam

Kebutuhan emosional kita juga berbeda-beda. Ada orang yang merasa nyaman dan tenang dengan rutinitas yang terstruktur, sementara yang lain lebih suka spontanitas dan variasi. Ketika sedang merasa sedih, seseorang mungkin butuh ditemani dan diajak bicara, sementara yang lain lebih memilih menyendiri untuk merenung. Memahami kebutuhan emosional diri sendiri adalah kunci untuk menemukan self-care yang efektif.

3. Pengalaman Hidup dan Trauma

Pengalaman hidup, termasuk trauma masa lalu, dapat membentuk cara kita merespons stres dan bagaimana kita merawat diri. Seseorang yang pernah mengalami penolakan mungkin merasa self-care baginya adalah membangun hubungan yang aman dan suportif. Sementara itu, seseorang yang pernah mengalami tekanan perfeksionisme mungkin perlu belajar untuk lebih berbelas kasih pada diri sendiri dan menerima ketidaksempurnaan.

4. Nilai dan Prioritas Individu

Apa yang kita anggap penting dalam hidup juga memengaruhi pilihan self-care kita. Seseorang yang menjunjung tinggi kreativitas mungkin merasa self-care baginya adalah meluangkan waktu untuk berkarya. Sementara itu, seseorang yang mengutamakan kesehatan fisik mungkin fokus pada olahraga dan nutrisi. Self-care yang selaras dengan nilai-nilai kita akan terasa lebih bermakna dan memuaskan.

Menemukan Bentuk Self-Care yang Tepat untukmu

Lalu, bagaimana caranya menemukan self-care yang benar-benar efektif dan personal? Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba:

1. Refleksi Diri dan Introspeksi

Luangkan waktu untuk merenungkan apa yang benar-benar membuatmu merasa lebih baik. Tanyakan pada diri sendiri: Aktivitas apa yang membuatku merasa berenergi? Apa yang membuatku merasa tenang dan damai? Kebutuhan apa yang sering aku abaikan? Jurnal atau meditasi bisa menjadi alat bantu yang berguna dalam proses refleksi ini.

2. Eksplorasi dan Eksperimen

Jangan takut untuk mencoba berbagai macam aktivitas self-care. Mungkin kamu selama ini mengira meditasi itu membosankan, tapi siapa tahu setelah mencoba beberapa kali kamu justru merasa lebih fokus dan rileks? Cobalah berbagai hal, mulai dari aktivitas fisik, seni, musik, menghabiskan waktu di alam, sampai belajar hal baru. Perhatikan respons tubuh dan pikiranmu terhadap setiap aktivitas.

3. Dengarkan Tubuh dan Intuisi

Tubuh dan intuisi seringkali memberikan sinyal tentang apa yang kita butuhkan. Ketika merasa lelah, jangan paksakan diri untuk terus beraktivitas. Ketika merasa tertekan, cari cara yang sehat untuk melepaskan emosi tersebut. Belajarlah untuk peka terhadap sinyal-sinyal ini dan berikan dirimu izin untuk beristirahat atau melakukan apa pun yang kamu butuhkan saat itu.

4. Fleksibilitas dan Adaptasi

Kebutuhan self-care kita bisa berubah seiring waktu dan situasi. Apa yang efektif saat ini mungkin tidak lagi relevan di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk tetap fleksibel dan mau beradaptasi. Jangan terpaku pada satu jenis self-care saja. Dengarkan perubahan dalam diri dan lingkunganmu, lalu sesuaikan praktik self-care-mu sesuai kebutuhan.

5. Jangan Bandingkan Diri dengan Orang Lain

Ingatlah bahwa self-care adalah perjalanan yang sangat personal. Apa yang berhasil untuk orang lain belum tentu berhasil untukmu. Hindari membandingkan diri dengan standar self-care yang ditampilkan di media sosial. Fokuslah pada apa yang benar-benar kamu butuhkan dan nikmati prosesnya.

Data dan Fakta Mendukung Pentingnya Self-Care yang Personal

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa self-care yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan individu memiliki dampak positif yang signifikan pada kesehatan mental dan fisik. Sebuah studi dalam Journal of Occupational Health Psychology menemukan bahwa pekerja yang secara aktif melakukan aktivitas self-care melaporkan tingkat stres yang lebih rendah dan kepuasan kerja yang lebih tinggi.

Selain itu, data dari American Psychological Association menunjukkan bahwa stres kronis dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, gangguan pencernaan, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Self-care yang tepat dapat membantu mengurangi dampak negatif stres ini.

Lebih lanjut, konsep self-compassion yang merupakan bagian penting dari self-care yang efektif, telah terbukti dapat meningkatkan resiliensi emosional dan mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Riset dari University of Texas at Austin menunjukkan bahwa individu yang memiliki tingkat self-compassion yang lebih tinggi cenderung lebih mampu mengatasi kesulitan dan bangkit kembali dari keterpurukan.

Self-Care Bukanlah Sebuah Kemewahan, Tapi Kebutuhan

Mungkin kamu pernah merasa bersalah atau egois saat meluangkan waktu untuk diri sendiri. Padahal, self-care bukanlah sebuah kemewahan, melainkan investasi penting untuk kesehatan dan kesejahteraanmu. Ketika kamu merawat diri dengan baik, kamu akan memiliki lebih banyak energi, fokus, dan kapasitas untuk menghadapi tantangan hidup dan berkontribusi pada orang-orang di sekitarmu.

Jadi, mulai sekarang, yuk lebih eksploratif dan jujur pada diri sendiri dalam menemukan self-care yang benar-benar kamu butuhkan. Ingat, self-care itu personal, unik, dan nggak ada aturan bakunya. Temukan ritmemu sendiri, dan nikmati perjalanannya! Dengan memahami bahwa self-care itu nggak sama buat semua orang, kamu akan lebih mudah menemukan cara yang paling efektif untuk mencintai dan merawat dirimu sendiri. Ini bukan hanya soal tren, tapi soal kesehatan mental dan emosional jangka panjangmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *