Semakin Tenang, Semakin Cemas? Ini Alasannya!

Semakin Tenang, Semakin Cemas? Ini Alasannya! (www.freepik.com)

harmonikita.com – Pernah nggak sih kamu merasa aneh? Setelah seharian penuh tekanan dan akhirnya bisa rebahan dengan tenang, eh malah pikiran jadi nggak karuan dan rasa cemas tiba-tiba muncul? Fenomena ini mungkin terdengar kontradiktif, tapi ternyata banyak dari kita yang mengalaminya. Kamu nggak sendirian kok! Mari kita bahas lebih dalam kenapa ketenangan justru bisa memicu kecemasan, dan yang lebih penting, bagaimana cara menghadapinya.

Kenapa Saatnya Santai Justru Bikin Gelisah?

Mungkin kamu berpikir, “harusnya kan tenang itu enak, bikin rileks.” Memang benar, tapi otak kita ini kompleks dan seringkali bereaksi di luar dugaan. Ada beberapa alasan psikologis dan gaya hidup yang bisa menjelaskan kenapa momen tenang justru memicu rasa cemas:

1. Pergeseran dari Mode “Fight or Flight”

Ketika kita sedang sibuk atau stres, tubuh kita secara otomatis masuk ke mode “fight or flight.” Hormon adrenalin dan kortisol meningkat, membuat kita fokus dan siap menghadapi tantangan. Nah, saat tekanan itu tiba-tiba hilang, tubuh kita butuh waktu untuk kembali ke kondisi normal. Perubahan hormon yang drastis ini bisa memicu perasaan aneh, termasuk saat tenang tapi makin cemas. Ibaratnya, mesin yang tadinya meraung kencang tiba-tiba dimatikan, pasti ada sedikit guncangan kan?

2. Otak yang Terbiasa dengan Kesibukan

Di era serba cepat ini, kita seringkali terbiasa dengan rutinitas yang padat dan stimulasi konstan. Ketika tiba-tiba ada waktu luang tanpa agenda, otak kita yang sudah terprogram untuk selalu “on” bisa merasa bingung dan mencari-cari “ancaman” atau hal yang perlu dipikirkan. Kekosongan ini justru bisa diisi oleh pikiran-pikiran negatif dan kekhawatiran yang sebelumnya mungkin terpendam saat kita sibuk.

3. Menghadapi Emosi yang Terpendam

Kesibukan dan tekanan seringkali menjadi “tameng” yang membuat kita menunda atau mengabaikan emosi-emosi negatif yang sebenarnya ada. Saat kita akhirnya punya waktu untuk diri sendiri dan pikiran menjadi lebih tenang, emosi-emosi yang terpendam ini bisa muncul ke permukaan. Rasa sedih, marah, kecewa, atau bahkan trauma yang belum sempat diproses bisa menjadi pemicu kecemasan saat kita sedang tidak melakukan apa-apa.

4. Antisipasi Masalah di Masa Depan

Setelah melewati masa-masa sulit, terkadang otak kita justru menjadi lebih waspada dan mulai mengantisipasi kemungkinan masalah yang akan datang. Pikiran seperti “habis ini pasti ada lagi deh masalah,” atau “jangan-jangan ketenangan ini cuma sementara,” bisa muncul dan menimbulkan kecemasan. Ini adalah mekanisme pertahanan diri yang wajar, tapi jika berlebihan tentu tidak baik.

5. Tekanan untuk “Produktif” Bahkan Saat Santai

Budaya “hustle culture” yang marak di media sosial seringkali membuat kita merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu yang produktif, bahkan saat kita sedang beristirahat. Pikiran seperti “harusnya aku belajar,” “harusnya aku olahraga,” atau “harusnya aku melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat,” bisa muncul dan menghilangkan ketenangan yang seharusnya kita nikmati. Padahal, istirahat dan bersantai itu juga penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik kita.

Data dan Fakta yang Mendukung

Menurut data dari berbagai penelitian, peningkatan kasus gangguan kecemasan memang menjadi perhatian global, terutama di kalangan usia muda. Sebuah studi yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa generasi Z (kelahiran pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an) melaporkan tingkat stres dan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan generasi lainnya.

Selain itu, laporan dari World Health Organization (WHO) juga menyoroti bahwa pandemi COVID-19 memperburuk masalah kesehatan mental secara global, termasuk peningkatan prevalensi kecemasan dan depresi. Pembatasan sosial, ketidakpastian ekonomi, dan rasa takut akan penyakit menjadi faktor pemicu stres yang signifikan.

Menariknya, sebuah artikel di jurnal Frontiers in Psychology membahas tentang “The Paradox of Relaxation-Induced Anxiety,” yang menjelaskan bagaimana transisi dari kondisi stres tinggi ke kondisi relaksasi justru dapat memicu gejala kecemasan pada sebagian orang. Hal ini disebabkan oleh perubahan fisiologis dan psikologis yang terjadi saat tubuh dan pikiran mulai “melambat.”

Lalu, Bagaimana Cara Mengatasi Kecemasan Saat Santai?

Meskipun terasa tidak nyaman, penting untuk diingat bahwa perasaan cemas saat santai adalah hal yang wajar dan bisa diatasi. Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba:

1. Sadari dan Terima Perasaanmu

Langkah pertama adalah menyadari dan mengakui bahwa kamu sedang merasa cemas. Jangan mencoba untuk menolak atau menekan perasaan ini, karena justru bisa memperburuk keadaan. Katakan pada diri sendiri, “Oke, aku sedang merasa cemas. Ini tidak apa-apa.” Menerima perasaan ini akan membantumu untuk lebih tenang dan mencari solusi.

2. Latih Teknik Pernapasan Dalam

Pernapasan dalam adalah cara sederhana namun efektif untuk menenangkan sistem saraf dan mengurangi kecemasan. Cobalah teknik pernapasan 4-7-8: tarik napas dalam-dalam melalui hidung selama 4 detik, tahan napas selama 7 detik, dan hembuskan napas perlahan melalui mulut selama 8 detik. Ulangi beberapa kali hingga kamu merasa lebih rileks.

3. Alihkan Perhatian dengan Aktivitas Ringan

Jika pikiranmu mulai berkecamuk, cobalah untuk mengalihkan perhatian dengan melakukan aktivitas ringan yang kamu sukai. Misalnya, mendengarkan musik, membaca buku, menonton film, atau melakukan hobi. Aktivitas ini bisa membantu mengalihkan fokusmu dari pikiran-pikiran yang menimbulkan kecemasan.

4. Lakukan Meditasi atau Mindfulness

Meditasi dan mindfulness adalah latihan yang membantu kita untuk fokus pada momen saat ini tanpa menghakimi. Dengan melatih mindfulness, kamu bisa belajar untuk mengamati pikiran dan perasaanmu tanpa terbawa arus kecemasan. Ada banyak aplikasi dan panduan meditasi online yang bisa kamu gunakan.

5. Batasi Konsumsi Media Sosial

Media sosial seringkali menjadi sumber perbandingan sosial dan informasi yang berlebihan, yang bisa memicu kecemasan. Cobalah untuk membatasi waktu yang kamu habiskan di media sosial, terutama saat kamu sedang berusaha untuk bersantai. Ingatlah bahwa apa yang kamu lihat di media sosial tidak selalu mencerminkan realitas yang sebenarnya.

6. Bergerak Aktif

Olahraga dan aktivitas fisik terbukti efektif dalam mengurangi stres dan kecemasan. Saat kamu berolahraga, tubuhmu melepaskan endorfin, yaitu hormon yang memiliki efek meningkatkan suasana hati. Tidak perlu olahraga yang berat, cukup lakukan aktivitas ringan seperti berjalan kaki, yoga, atau menari.

7. Ciptakan Rutinitas Relaksasi

Cobalah untuk menciptakan rutinitas relaksasi yang bisa kamu lakukan secara teratur, terutama sebelum tidur. Misalnya, mandi air hangat, membaca buku, mendengarkan musik yang menenangkan, atau melakukan peregangan ringan. Rutinitas ini bisa membantu tubuh dan pikiranmu untuk lebih siap menghadapi waktu istirahat.

8. Bicarakan dengan Orang Terpercaya

Jangan ragu untuk berbagi perasaanmu dengan orang yang kamu percaya, seperti teman, keluarga, atau pasangan. Berbicara tentang apa yang kamu rasakan bisa membantu meringankan beban pikiranmu. Terkadang, hanya dengan didengarkan saja sudah bisa membuat kita merasa lebih baik.

9. Cari Bantuan Profesional Jika Perlu

Jika rasa cemasmu terus berlanjut dan mengganggu kualitas hidupmu, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau psikiater. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membantumu mengatasi masalah kecemasan dengan cara yang tepat.

Ketenangan Bukan Berarti Kehampaan

Ingatlah bahwa ketenangan adalah hak setiap orang, dan kamu berhak untuk menikmatinya tanpa dihantui rasa cemas. Mungkin perlu waktu dan latihan untuk bisa benar-benar rileks tanpa merasa gelisah, tapi percayalah, itu mungkin.

Jadi, lain kali kamu merasa cemas saat seharusnya tenang, ingatlah bahwa kamu tidak sendirian. Coba terapkan tips-tips di atas, dan jangan ragu untuk mencari bantuan jika memang dibutuhkan. Mari kita belajar untuk menikmati setiap momen ketenangan tanpa rasa was-was!

Semoga artikel ini bermanfaat dan membuatmu merasa lebih baik ya! Jangan lupa untuk berbagi artikel ini jika kamu merasa ada teman atau kenalanmu yang mungkin juga mengalami hal serupa. Bersama, kita bisa saling mendukung dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat secara mental.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *