Stres? Mungkin Ini yang Diam-diam Kamu Lakukan Tiap Hari! (www.freepik.com)
harmonikita.com – Siapa di antara kita yang tidak pernah merasakan tekanan dalam hidup? Rasanya seperti teman setia yang kadang datang tanpa diundang. Tapi, tahukah kamu, seringkali tanpa sadar kita sendiri lho yang justru memicu datangnya si “teman” bernama stres ini. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang mungkin terlihat sepele, justru diam-diam menumpuk dan menjadi bom waktu. Yuk, kita intip beberapa kebiasaan sehari-hari yang tanpa kita sadari bisa jadi biang keladinya!
Terlalu Asyik dengan Layar Sebelum Tidur
Coba deh jujur, berapa menit sebelum memejamkan mata, kamu masih aktif menggulir linimasa media sosial atau menonton video? Cahaya biru dari layar gawai kesayanganmu ternyata bukan hanya mengganggu kualitas tidur, tapi juga bisa meningkatkan level stres. Paparan cahaya ini menekan produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Alhasil, tidur jadi tidak nyenyak, badan terasa lelah, dan pikiran pun mudah tegang keesokan harinya. Kurang tidur kronis? Jangan heran kalau stres jadi langganan!
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gawai sebelum tidur secara signifikan berkorelasi dengan peningkatan gejala depresi dan kecemasan, yang notabene adalah “saudara kembar” dari stres. Cobalah untuk membuat ritual relaksasi sebelum tidur, seperti membaca buku fisik, mendengarkan musik yang menenangkan, atau melakukan peregangan ringan. Berikan jeda minimal satu jam antara layar dan waktu tidurmu. Percayalah, tubuh dan pikiranmu akan berterima kasih.
Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan
“Ah, nanti saja deh.” Kalimat sakti ini mungkin sering terucap. Padahal, menunda-nunda pekerjaan atau tugas, yang sering kita sebut prokrastinasi, justru bisa menjadi sumber stres yang besar. Awalnya mungkin terasa menyenangkan karena bisa menghindari tugas yang tidak disukai. Namun, semakin mendekati tenggat waktu, tekanan akan semakin meningkat. Rasa bersalah, cemas tidak bisa menyelesaikan tepat waktu, hingga kualitas pekerjaan yang menurun, semuanya berkontribusi pada stres yang tidak perlu.
Bayangkan tumpukan pekerjaan yang terus bertambah setiap harinya. Pikiranmu akan terus dibayangi oleh daftar tugas yang belum selesai, bahkan saat kamu sedang mencoba beristirahat. Menurut sebuah studi psikologi, prokrastinasi tidak hanya meningkatkan tingkat stres, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik, seperti sakit kepala dan gangguan pencernaan. Coba deh mulai dengan memecah tugas besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mudah dikelola. Berikan penghargaan kecil pada diri sendiri setiap kali berhasil menyelesaikan satu bagian. Langkah kecil tapi konsisten akan jauh lebih baik daripada menunda semuanya hingga menumpuk.
Melewatkan Sarapan atau Makan Tidak Teratur
Sarapan sering dianggap remeh, padahal ini adalah “bahan bakar” penting untuk memulai hari. Melewatkan sarapan atau makan tidak teratur dapat menyebabkan kadar gula darah menjadi tidak stabil. Ketika gula darah rendah, tubuh akan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Akibatnya, kamu bisa merasa mudah marah, sulit fokus, dan tentu saja, lebih rentan terhadap stres.
Selain itu, pola makan yang tidak teratur juga dapat mengganggu metabolisme tubuh dan menyebabkan kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang rutin sarapan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan suasana hati yang lebih baik. Usahakan untuk selalu menyempatkan diri sarapan dengan makanan yang bergizi seimbang, mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan serat. Jangan lupakan juga pentingnya makan siang dan malam tepat waktu. Tubuh yang ternutrisi dengan baik akan lebih kuat menghadapi tekanan.
Terlalu Perfeksionis dan Sulit Mengatakan “Tidak”
Apakah kamu tipe orang yang selalu ingin semuanya sempurna dan merasa bersalah jika menolak permintaan orang lain? Jika iya, hati-hati, sifat-sifat ini bisa menjadi sumber stres yang tersembunyi. Perfeksionisme yang tidak sehat akan membuatmu terus-menerus merasa tidak puas dengan hasil pekerjaanmu, meskipun sebenarnya sudah sangat baik. Kamu akan terjebak dalam siklus tanpa akhir untuk mencapai standar yang mungkin tidak realistis.
Begitu juga dengan kesulitan mengatakan “tidak”. Kamu mungkin merasa tidak enak atau takut mengecewakan orang lain, sehingga akhirnya mengambil terlalu banyak tanggung jawab di luar kapasitasmu. Akibatnya, kamu akan merasa kewalahan, kelelahan, dan tentu saja, stres. Belajarlah untuk menetapkan batasan yang sehat. Tidak semua permintaan harus kamu iyakan. Prioritaskan tugas dan energimu. Ingatlah bahwa mengatakan “tidak” pada hal yang tidak penting berarti kamu mengatakan “ya” pada kesehatan mental dan kesejahteraanmu sendiri.
Kurang Bergerak dan Terlalu Banyak Duduk
Di era serba digital ini, tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar waktu kita dihabiskan dengan duduk, entah itu di depan komputer, menonton televisi, atau bermain gawai. Padahal, aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi stres. Olahraga melepaskan endorfin, senyawa kimia di otak yang memiliki efek pereda nyeri dan peningkat suasana hati alami.
Kurang bergerak tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan fisik, seperti meningkatkan risiko penyakit jantung dan obesitas, tetapi juga dapat memperburuk kondisi mental, termasuk stres dan kecemasan. Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk bergerak aktif, meskipun hanya 30 menit. Kamu bisa berjalan kaki, berlari, bersepeda, berenang, atau melakukan jenis olahraga lain yang kamu sukai. Aktivitas fisik secara teratur akan membantu meredakan ketegangan otot, meningkatkan kualitas tidur, dan membuat pikiran lebih jernih.
Mengisolasi Diri dari Lingkungan Sosial
Saat sedang stres, mungkin dorongan alami kita adalah untuk menarik diri dan menyendiri. Namun, isolasi sosial justru dapat memperburuk perasaan stres dan kesepian. Interaksi sosial yang positif dengan keluarga, teman, atau komunitas dapat memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan saat kita sedang tertekan. Berbagi cerita, mendapatkan perspektif baru, atau sekadar menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat dapat membantu meredakan beban pikiran.
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang kuat berperan sebagai buffer atau penyangga terhadap stres. Orang yang memiliki hubungan sosial yang baik cenderung lebih resilien dalam menghadapi tekanan hidup. Jangan ragu untuk menghubungi orang-orang terdekatmu saat kamu merasa sedang tidak baik-baik saja. Terkadang, hanya dengan berbicara dan didengarkan, beban stres bisa terasa jauh lebih ringan.
Terlalu Fokus pada Hal Negatif
Otak kita cenderung lebih mudah mengingat dan fokus pada hal-hal negatif. Namun, jika kebiasaan ini dibiarkan terus-menerus, kita bisa terjebak dalam pola pikir yang pesimis dan rentan terhadap stres. Terlalu banyak terpapar berita negatif, fokus pada kekurangan diri sendiri, atau terus-menerus mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi, semuanya dapat meningkatkan level stres.
Cobalah untuk melatih pikiranmu agar lebih fokus pada hal-hal positif, sekecil apapun itu. Mulailah dengan mencatat hal-hal yang kamu syukuri setiap hari. Latih diri untuk melihat sisi baik dari setiap situasi. Batasi paparan terhadap berita negatif yang berlebihan. Alih-alih fokus pada apa yang tidak bisa kamu kontrol, arahkan energimu pada hal-hal yang bisa kamu pengaruhi.
Mengandalkan Kafein atau Alkohol untuk Mengatasi Stres
Mungkin secangkir kopi atau segelas minuman beralkohol terasa bisa meredakan stres sesaat. Namun, dalam jangka panjang, ketergantungan pada zat-zat ini justru dapat memperburuk kondisi stres. Kafein memang bisa memberikan efek stimulan sementara, tetapi konsumsi berlebihan dapat menyebabkan kecemasan, jantung berdebar-debar, dan gangguan tidur. Begitu juga dengan alkohol, meskipun awalnya bisa memberikan efek relaksasi, namun pada akhirnya dapat mengganggu suasana hati dan kualitas tidur, serta meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya.
Alih-alih mencari pelarian sesaat, cobalah untuk mengembangkan mekanisme koping yang lebih sehat untuk mengatasi stres, seperti meditasi, latihan pernapasan, atau melakukan hobi yang kamu sukai. Identifikasi akar penyebab stresmu dan cari solusi yang lebih konstruktif.
Tidak Memberikan Waktu yang Cukup untuk Diri Sendiri
Dalam hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, seringkali kita lupa untuk memberikan waktu yang cukup untuk diri sendiri atau me-time. Padahal, waktu ini sangat penting untuk mengisi ulang energi, meredakan stres, dan menjaga kesehatan mental. Terus-menerus fokus pada pekerjaan, tugas rumah tangga, atau memenuhi kebutuhan orang lain tanpa memberikan waktu untuk diri sendiri bisa menyebabkan kelelahan fisik dan emosional atau burnout.
Sisihkan waktu setiap hari untuk melakukan hal-hal yang kamu nikmati dan membuatmu merasa rileks, meskipun hanya sebentar. Kamu bisa membaca buku, mendengarkan musik, melakukan hobi, mandi air hangat, atau sekadar menikmati secangkir teh dengan tenang. Me-time bukanlah sebuah kemewahan, melainkan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan hidup dan mencegah stres menumpuk.
Yuk, Lebih Sadar dengan Kebiasaan Kita!
Stres memang tidak bisa dihindari sepenuhnya, tetapi kita punya kendali untuk mengurangi dampaknya dalam kehidupan kita. Dengan lebih sadar terhadap kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita lakukan setiap hari, kita bisa mengambil langkah-langkah untuk mengubahnya menjadi kebiasaan yang lebih sehat dan mendukung kesejahteraan mental kita. Ingatlah, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jaga diri baik-baik ya!
