Terjebak Phishing dan Ransomware? Bukan Salah Antivirus!
harmonikita.com – Di era serba digital ini, rasanya hampir semua aktivitas kita melibatkan internet. Mulai dari sekadar mengecek media sosial, berbelanja online, sampai urusan perbankan, semuanya ada di ujung jari. Namun, kemudahan ini juga menyimpan ancaman tersembunyi: serangan siber. Ironisnya, banyak dari kita yang merasa aman karena sudah memasang antivirus di perangkat, tapi kenapa ya, tetap saja ada kabar orang biasa menjadi korban? Yuk, kita bedah lebih dalam!
Antivirus Bukanlah Pelindung Super Sempurna
Penting untuk dipahami bahwa antivirus itu seperti satpam yang berjaga di pintu rumah kita. Ia akan mengenali dan menahan maling yang sudah dikenalinya. Masalahnya, dunia kejahatan siber itu dinamis banget! Setiap hari, bahkan setiap jam, muncul trik dan jenis serangan baru yang mungkin belum dikenali oleh database antivirus kita.
Antivirus bekerja dengan cara membandingkan file atau aktivitas mencurigakan dengan daftar malware yang sudah ada di dalam databasenya. Jika ada kecocokan, barulah ia bertindak. Nah, kalau ada malware jenis baru atau teknik serangan yang belum pernah terdeteksi sebelumnya, antivirus bisa jadi kecolongan. Ibaratnya, ada maling dengan wajah baru dan trik yang belum pernah dilihat satpam sebelumnya.
Kelalaian Pengguna: Rantai Terlemah dalam Keamanan Siber
Sering kali, tanpa kita sadari, kitalah yang membuka pintu bagi penjahat siber. Kok bisa? Begini penjelasannya:
Terjebak Phishing: Umpan yang Terlalu Menggoda
Pernah dapat email atau pesan singkat yang menawarkan hadiah menggiurkan, meminta data pribadi, atau mengabarkan masalah mendesak? Hati-hati, itu bisa jadi phishing! Pelaku phishing pintar sekali membuat pesan yang terlihat meyakinkan, meniru tampilan situs atau layanan yang sering kita gunakan. Ketika kita terpancing untuk mengklik tautan atau memberikan informasi sensitif, tanpa sadar kita menyerahkan kunci rumah digital kita kepada penjahat.
Menurut laporan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada tahun 2024, phishing masih menjadi salah satu metode serangan siber yang paling sering berhasil di Indonesia. Bayangkan saja, dengan iming-iming hadiah atau ketakutan akan kehilangan akses akun, banyak orang tanpa sadar memberikan username, password, bahkan informasi kartu kredit mereka.
Menggunakan Kata Sandi yang Lemah dan Daur Ulang
Kata sandi adalah benteng pertama pertahanan akun online kita. Sayangnya, banyak dari kita masih menggunakan kata sandi yang mudah ditebak seperti “123456”, tanggal lahir, atau nama hewan peliharaan. Lebih parah lagi, ada yang menggunakan kata sandi yang sama untuk berbagai akun. Ini seperti memberikan kunci yang sama untuk semua pintu rumah dan brankas kita. Jika satu akun berhasil dibobol, akun lainnya pun ikut terancam.
Faktanya, penelitian dari Google menunjukkan bahwa lebih dari 60% pengguna internet menggunakan kata sandi yang sama atau sangat mirip untuk beberapa akun. Ini menjadikan mereka target empuk bagi para peretas yang menggunakan teknik credential stuffing atau password spraying.
Mengabaikan Pembaruan Perangkat Lunak dan Aplikasi
Pernahkah kamu menunda-nunda pembaruan sistem operasi atau aplikasi di ponsel atau komputermu? Padahal, pembaruan ini seringkali berisi patch keamanan yang menambal celah-celah yang bisa dieksploitasi oleh penjahat siber. Mengabaikan pembaruan sama saja dengan membiarkan pintu rumah kita terbuka lebar bagi maling.
Sebuah studi dari perusahaan keamanan siber terkemuka mengungkapkan bahwa lebih dari 80% serangan siber memanfaatkan kerentanan perangkat lunak yang belum diperbarui. Ini menunjukkan betapa pentingnya melakukan pembaruan secara rutin.